Dukungan Politik dan Kekuatan Ekonomi Hubungan Indonesia-Israel

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Kebijakan Luar Negeri yang Tegas dan Hubungan Ekonomi yang Dinamis

Indonesia selama ini dikenal memiliki sikap yang jelas dalam berbagai isu global, termasuk dalam dukungan terhadap Palestina. Di panggung internasional, posisi Indonesia tidak pernah abu-abu. Negara ini selalu menunjukkan dukungan yang terbuka, konsisten, dan lantang terhadap rakyat Palestina. Hal ini didasarkan pada sejarah panjang yang dimiliki Indonesia, khususnya dari semangat anti-kolonialisme yang lahir dari Konferensi Asia Afrika 1955.

Semangat tersebut menjadi dasar kebijakan luar negeri Indonesia, yang mengutamakan solidaritas dengan negara-negara yang sedang berjuang melawan penjajahan. Namun, di balik wajah politik yang tegas ini, ada sisi lain yang sering luput dari perhatian publik: hubungan ekonomi antara Indonesia dan Israel.

Meskipun Indonesia tidak memiliki hubungan diplomatik resmi dengan Israel, perdagangan antara kedua negara tetap berjalan. Fakta ini sering kali tidak disadari oleh masyarakat luas, meskipun data yang tersedia sangat jelas. Menurut laporan dari lembaga statistik seperti Dataindonesia.id dan CNBC Indonesia, nilai perdagangan tahunan antara Indonesia dan Israel mencapai ratusan juta dolar, jauh lebih besar dibandingkan dengan perdagangan dengan Palestina, yang hanya mencapai beberapa juta dolar per tahun.

Perbedaan ini menimbulkan pertanyaan penting. Bagaimana mungkin sebuah negara yang secara politik mendukung Palestina bisa menjalin hubungan ekonomi yang kuat dengan Israel? Pertanyaan ini sering muncul karena situasi yang terlihat bertentangan. Namun, kebijakan luar negeri tidak selalu bersifat hitam putih. Ada banyak faktor yang memengaruhi keputusan pemerintah, termasuk kepentingan ekonomi nasional.

Dalam dunia internasional, politik dan ekonomi sering kali bergerak di jalur yang berbeda. Sebuah negara bisa saja memiliki sikap keras dalam hal politik, namun tetap membuka pintu bagi kerja sama ekonomi jika itu dinilai bermanfaat untuk kepentingan nasional. Praktik ini bukanlah hal yang unik, karena banyak negara besar juga melakukan hal serupa. Dalam kasus Indonesia, kebijakan ini bisa dilihat sebagai upaya untuk menjaga stabilitas ekonomi dalam negeri.

Beberapa produk utama Indonesia seperti minyak dan lemak nabati, alas kaki, serta tekstil berhasil masuk ke pasar Israel. Sementara itu, impor dari Israel umumnya berupa mesin industri, peralatan mekanik, dan perkakas dengan spesifikasi tinggi. Dengan demikian, Indonesia cenderung berada dalam posisi surplus dalam hubungan dagang ini.

Ada alasan logis di balik kebijakan ini. Pemerintah harus mempertimbangkan kebutuhan industri dalam negeri. Jika impor dari Israel terhenti, maka produksi nasional bisa terganggu. Di sisi lain, ekspor yang lancar memberikan manfaat bagi pelaku usaha, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan devisa negara.

Kebijakan luar negeri Indonesia, dengan demikian, bisa dilihat sebagai kombinasi antara idealisme dan pragmatisme. Di satu sisi, negara ini tetap mempertahankan sikap solidaritas terhadap Palestina, sesuai dengan semangat historis yang telah lama dianut. Di sisi lain, pemerintah juga memastikan bahwa kebijakan ekonomi tetap mendukung pertumbuhan dan stabilitas nasional.

Dengan demikian, kebijakan luar negeri Indonesia tidak sekadar tentang hitam putih atau kesesuaian moral. Ini adalah kebijakan yang kompleks, dengan berbagai lapisan tujuan yang saling melengkapi. Dukungan terhadap Palestina dan hubungan ekonomi dengan Israel bisa berjalan bersama, karena masing-masing memiliki peran yang berbeda dalam konteks yang lebih luas.