Produksi Freeport Turun Akibat Longsor Tambang Bawah Tanah

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Produksi PT Freeport Indonesia Turun Drastis Akibat Longsoran di Tambang Grasberg Block Cave

Kemampuan produksi PT Freeport Indonesia (PTFI) mengalami penurunan signifikan setelah terjadinya longsoran di tambang bawah tanah Grasberg Block Cave (GBC), Tembagapura, Papua Tengah. Kejadian tersebut terjadi pada Senin malam, 8 September 2025. Direktur Jenderal Minerba Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Tri Winarno, menyatakan bahwa operasi di GBC saat ini masih terhenti.

Menurut Tri Winarno, kapasitas produksi perusahaan hanya berjalan sekitar 30 persen akibat insiden tersebut. Ia menjelaskan, "Sementara ini produksi berhenti di GBC. Kapasitas produksi turun, mungkin cuma 30 persennya." Pernyataan ini disampaikannya saat ditemui di kompleks gedung parlemen, Senin, 15 September 2025.

Pada tahun 2024, rata-rata produksi bijih perusahaan mencapai 208.356 ton per hari, yang terdiri atas tembaga, emas, dan perak. Dari jumlah tersebut, GBC menyumbang sekitar 133.800 ton per hari atau sekitar 64 persen dari total kapasitas produksi Freeport. Dengan demikian, gangguan di lokasi tersebut memberikan dampak besar terhadap kinerja perusahaan.

Selain masalah produksi, kejadian longsoran juga menimbulkan korban. Tri Winarno menyebutkan bahwa dari tujuh pekerja yang masih terjebak, dua di antaranya merupakan warga negara asing asal Chile dan Afrika Selatan. Sementara lima lainnya adalah warga Indonesia. Hingga saat ini, tim Freeport dan Kementerian ESDM masih melakukan upaya pencarian. Namun, kondisi para pekerja belum bisa dipastikan. “Kemungkinan selamat, hanya Tuhan yang tahu,” ujarnya.

Vice President Corporate Communications PTFI, Katri Krisnati, menjelaskan bahwa material dalam jumlah besar menutup akses dari salah satu titik pengambilan produksi di tambang bawah tanah. Hal ini membatasi jalur evakuasi bagi tujuh pekerja kontraktor yang masih terjebak. “Lokasi para pekerja sudah diketahui dan mereka diyakini dalam keadaan aman. Tim kami tengah membuka akses agar evakuasi bisa segera dilakukan dengan cepat dan aman,” kata Katri.

Menurut Katri, aktivitas penambangan di GBC biasanya menggunakan peralatan jarak jauh. Namun, longsoran material kali ini menutup jalur akses di area pengembangan tambang. “Seluruh pekerja lain telah dipastikan aman,” ujarnya.

Peristiwa longsor di tambang Freeport bukanlah yang pertama kali terjadi. Pada 14 Mei 2013, insiden serupa merenggut 28 nyawa dari 34 pekerja yang terjebak. Dua pekan kemudian, pada 31 Mei 2013, seorang pekerja kembali mengalami kecelakaan akibat tertimpa material lumpur.

Dampak Jangka Panjang dan Upaya Pemulihan

Dampak dari kejadian ini tidak hanya terasa pada produksi tetapi juga pada reputasi perusahaan. Pengunjuk rasa dan keluarga korban seringkali mengkritik kebijakan keselamatan di tambang-tambang Freeport. Meskipun begitu, pihak perusahaan terus berkomitmen untuk meningkatkan standar keselamatan kerja dan memastikan keamanan bagi semua pekerja.

Selain itu, pemerintah juga sedang mempertimbangkan langkah-langkah lebih ketat dalam pengawasan industri pertambangan. Langkah-langkah ini bertujuan untuk mencegah terulangnya kejadian serupa dan melindungi keselamatan tenaga kerja di wilayah tambang.

Upaya pemulihan dan investigasi terus dilakukan oleh pihak perusahaan dan instansi terkait. Diharapkan, proses evakuasi dapat segera selesai dan para pekerja yang terjebak dapat segera ditemukan dalam kondisi baik. Selain itu, evaluasi menyeluruh terhadap sistem keselamatan dan pengelolaan tambang akan menjadi prioritas utama untuk mencegah kejadian serupa di masa depan.