
Pergerakan Pasar Saham Indonesia dengan Kenaikan IHSG
Pada perdagangan hari ini, indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berhasil menguat sebesar 0,64% dan berada di level 7.747,9. Penguatan ini menunjukkan bahwa pasar saham Indonesia tetap berada di zona hijau. Selama tahun 2025, IHSG telah menguat sebesar 9,44% secara year to date (ytd).
Beberapa saham bank besar yang sering menjadi perhatian investor juga mengalami kenaikan. Contohnya, saham PT Bank BCA Tbk. (BBCA) naik sebesar 0,64% ke level Rp4.850 per lembar. Sementara itu, saham PT Bank Mandiri Tbk. (BMRI) meningkat sebesar 1,82% menjadi Rp4.480 per lembar.
Selain BBCA dan BMRI, saham-saham lain dari bank jumbo juga mengalami kenaikan. PT Bank Negara Indonesia Tbk. (BBNI) melonjak hingga 7,8% ke level Rp4.420 per lembar. Sedangkan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) naik sebesar 5,15% menjadi Rp4.080 per lembar.
Meskipun IHSG menguat, pasar saham Indonesia masih mencatatkan arus keluar atau outflow dana asing yang cukup signifikan. Pada perdagangan hari ini, nilai jual bersih atau net sell asing mencapai Rp192,43 miliar. Sejak awal tahun 2025, total net sell asing di pasar saham Indonesia telah mencapai Rp61,69 triliun.
Saham-saham bank jumbo seperti BBCA dan BMRI tercatat sebagai target utama penjualan oleh investor asing. Pada hari ini, net sell asing pada BBCA mencapai Rp465,59 miliar, sedangkan untuk BMRI mencapai Rp461,21 miliar. Jumlah ini memperlihatkan bahwa investor asing masih cenderung menjual saham bank besar meski ada kenaikan harga saham.
Secara ytd, catatan net sell asing pada BBCA telah mencapai Rp27,16 triliun, sementara pada BMRI mencapai Rp15,51 triliun. BBNI dan BBRI juga mencatatkan net sell asing masing-masing sebesar Rp3,77 triliun dan Rp711,06 miliar.
Faktor Penyebab Tekanan pada Saham Bank Jumbo
Oktavianus Audi, VP Equity Retail Kiwoom Sekuritas Indonesia, menyampaikan bahwa saham bank jumbo menghadapi tekanan selama tahun ini karena beberapa faktor. Salah satunya adalah kebijakan suku bunga tinggi yang berdampak pada pertumbuhan kredit. Hal ini membuat kinerja fundamental bank tidak sepenuhnya stabil.
Dalam semester I/2025, laba bersih BBCA tumbuh sebesar 8% secara year on year (yoy) menjadi Rp29 triliun. Namun, BRI mengalami kontraksi laba sebesar 11,53% yoy menjadi Rp26,28 triliun. Dari segi pertumbuhan kredit, hanya BBCA yang mencatatkan pertumbuhan double digit sebesar 12,9% yoy, sedangkan bank lainnya hanya mencatatkan pertumbuhan single digit.
Prospek Saham Bank Jumbo Masih Menarik
Meskipun ada tekanan, Oktavianus menilai prospek saham bank jumbo masih menarik. Potensi pemangkasan suku bunga hingga akhir tahun bisa menjadi peluang bagi sektor perbankan. Selain itu, daya beli masyarakat yang masih terjaga serta stabilitas geopolitik global juga menjadi faktor pendukung.
Namun, investor disarankan untuk melakukan analisis mendalam sebelum mengambil keputusan investasi. Keputusan investasi sepenuhnya berada di tangan pembaca, dan pihak berita tidak bertanggung jawab atas kerugian maupun keuntungan yang timbul dari keputusan tersebut.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!