Puluhan Negara Tinggalkan Ruangan Saat Netanyahu Berpidato, Delegasi Indonesia Ikut Keluar

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Aksi Walk Out di Sidang PBB Menjadi Simbol Penolakan Terhadap Israel

Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangka (PBB) ke-80 yang berlangsung di New York, Amerika Serikat, pada Jumat, 26 September 2025, menjadi sorotan internasional setelah puluhan delegasi dari berbagai negara melakukan aksi walk out. Peristiwa ini terjadi saat Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu naik ke podium untuk menyampaikan pidato. Aksi tersebut menunjukkan ketidakpuasan global terhadap tindakan Israel di Gaza dan menegaskan penolakan terhadap narasi yang disampaikan oleh pihak Israel.

Kursi Kosong sebagai Simbol Penolakan

Di tengah sidang utama, ruangan terlihat kosong karena para delegasi meninggalkan kursi mereka. Pemandangan ini menjadi simbol kuat penolakan terhadap Israel di tengah tekanan global untuk menghentikan konflik yang berkepanjangan di Gaza. Aksi ini bukanlah spontanitas, melainkan hasil dari perencanaan kolektif oleh kelompok negara yang tergabung dalam Organisasi Kerja Sama Islam (OKI), Liga Arab, serta Gerakan Non-Blok. Delegasi dari Indonesia, Pakistan, Malaysia, Iran, Kuwait, dan Kuba termasuk di antara peserta yang memutuskan keluar sebagai bentuk protes.

Mereka menilai bahwa kehadiran Netanyahu tidak pantas, terlebih ia sedang menghadapi surat perintah penangkapan dari Mahkamah Pidana Internasional (ICC) atas dugaan kejahatan kemanusiaan. Aksi ini juga menjadi puncak akumulasi ketegangan selama sidang berlangsung. Para diplomat yang meninggalkan ruangan ingin memberi pesan bahwa mereka tidak akan memberi panggung pada narasi Israel, terutama di tengah krisis kemanusiaan Gaza yang semakin memburuk akibat operasi militer Tel Aviv.

Selain itu, tindakan mereka juga bertujuan untuk menunjukkan solidaritas kepada rakyat Palestina yang hidup di bawah blokade dan serangan udara. Meski banyak delegasi meninggalkan ruangan, Netanyahu tetap melanjutkan pidatonya di depan para delegasi yang masih bertahan, termasuk perwakilan Amerika Serikat, sekutu utamanya.

Penolakan Terhadap Narasi Israel

Dalam pidatonya, Netanyahu menolak semua kritik yang diarahkan kepada Israel dan menegaskan bahwa operasi militernya hanyalah upaya mempertahankan diri dari ancaman kelompok bersenjata. Ia juga menuding sejumlah negara yang mendukung pengakuan Palestina sebagai pihak yang justru “mendorong terorisme.” Selain itu, ia secara terbuka menolak gagasan solusi dua negara, yang selama ini menjadi konsensus mayoritas anggota PBB. Penegasan ini semakin menegaskan sikap keras Israel yang menolak jalan diplomasi.

Aksi walk out ini terjadi di tengah meningkatnya isolasi internasional terhadap Israel. Dalam dua tahun terakhir, banyak negara Barat yang sebelumnya dekat dengan Tel Aviv mulai mengubah sikap mereka. Inggris, Prancis, Spanyol, Belgia, Kanada, hingga Australia telah menyatakan dukungan resmi terhadap kemerdekaan Palestina. Di sisi lain, kehadiran Netanyahu di New York dinilai kontradiktif dengan posisinya di mata hukum internasional. Selain surat penangkapan ICC, Mahkamah Internasional (ICJ) juga sedang menginvestigasi sejumlah tindakan Israel di Jalur Gaza yang diduga masuk kategori genosida.

Sejarah Aksi Walk Out yang Berulang

Aksi keluar ruangan saat Netanyahu berbicara ternyata bukan hal baru. Tahun lalu, kejadian serupa juga terjadi ketika ia naik ke mimbar sidang umum PBB. Saat itu, sejumlah delegasi menuding Israel melakukan genosida di Gaza, sehingga mereka memilih meninggalkan ruangan sebagai bentuk protes terbuka. Peristiwa serupa yang berulang ini menegaskan semakin menurunnya penerimaan komunitas internasional terhadap kepemimpinan Netanyahu.

Selama lebih dari 30 bulan terakhir, wilayah Palestina menghadapi serangan berulang dari Israel penjajah yang menewaskan ribuan orang dan meluluhlantakkan infrastruktur sipil. Situasi ini memperkuat pesan bahwa isolasi internasional terhadap Israel semakin menguat.