
Kinerja Saham Freeport Indonesia Tergelincir di Pasar Amerika Serikat
Pada hari Rabu, 25 September 2025, saham PT Freeport Indonesia (FCX) mengalami penurunan signifikan dalam perdagangan bursa Amerika Serikat (NYSE). Harga saham yang sebelumnya berada di kisaran USD 37,67 per lembar turun menjadi USD 35,34. Penurunan ini mencerminkan tekanan terhadap perusahaan tambang besar tersebut. Penurunan sebesar 6,19% ini menunjukkan ketidakpastian pasar terkait kebijakan pemerintah dan dinamika pasar global.
Perlu diketahui bahwa penurunan harga saham ini terjadi bersamaan dengan isu tentang revisi data cadangan sumber daya alam (SDA) di Papua. Presiden Prabowo Subianto telah meminta kementerian teknis untuk merevisi dan memperbarui data cadangan SDA, termasuk emas dan tembaga. Langkah ini bertujuan untuk memastikan akurasi data nasional yang akan menjadi dasar kebijakan investasi dan penerimaan negara di masa depan.
Cadangan Emas di Papua: Fakta Terkini
Papua dikenal memiliki cadangan emas yang sangat besar. Laporan dari US Geological Survey (USGS) dan PT Freeport Indonesia menunjukkan bahwa area Grasberg di Mimika menyimpan cadangan emas sekitar 26,9 juta ons troy atau sekitar 835 ton. Dengan nilai ekonomi diperkirakan mencapai USD 52 miliar atau setara Rp 868 triliun (dengan kurs Rp16.700/USD).
Selain itu, terdapat juga cadangan tembaga sebesar 17 miliar pon, menjadikan Papua sebagai salah satu pusat tambang emas-tembaga terbesar di dunia. Selain area Grasberg, ada potensi cadangan emas di kawasan Wabu Block (Intan Jaya) dan Pegunungan Bintang yang masih dalam tahap eksplorasi.
Data terbaru dari Kementerian ESDM mengungkapkan bahwa potensi tambahan cadangan emas di luar area operasi Freeport bisa menambah antara 5–10% dari estimasi sebelumnya. Hal ini menunjukkan bahwa potensi sumber daya alam di Papua masih sangat besar.
Perdagangan Saham Freeport di NYSE
Dalam perdagangan pada Rabu, 25 September 2025, saham Freeport-McMoRan (FCX) ditutup dengan penurunan signifikan. Harga saham sempat turun hingga USD 35,15, dengan kapitalisasi pasar sebesar USD 50,74 miliar. Rinciannya adalah:
- Harga Pembukaan: USD 37,53
- Harga Tertinggi: USD 37,53
- Harga Terendah: USD 35,15
- Kapitalisasi Pasar: USD 50,74 miliar
- Rugi Kapitalisasi: USD 3,24 miliar
- Rasio P/E: 26,52
- Dividend Yield: 1,70%
Dengan kurs Rp16.700 per USD, kerugian kapitalisasi sebesar USD 3,24 miliar setara dengan Rp 54,1 triliun hanya dalam satu hari perdagangan.
Penyebab Tekanan Harga Saham
Analis pasar di New York menyebut beberapa faktor yang memicu penurunan tajam saham Freeport. Pertama, kekhawatiran terkait kebijakan Indonesia yang berkaitan dengan revisi data SDA Papua. Kedua, melemahnya harga emas di pasar COMEX akibat penguatan dolar AS. Ketiga, kekhawatiran terhadap perlambatan permintaan tembaga global di tengah ketidakpastian ekonomi Tiongkok.
Relevansi Instruksi Prabowo
Instruksi Presiden Prabowo untuk merevisi data cadangan SDA dipandang sebagai upaya menjaga kedaulatan data nasional. Revisi ini diharapkan dapat menjadi dasar negosiasi yang lebih kuat dengan perusahaan tambang asing. Selain itu, langkah ini juga bertujuan untuk memastikan penerimaan negara dari royalti dan pajak tambang lebih akurat. Selain itu, kebijakan ini diharapkan memberikan kepastian hukum bagi investor baru di sektor pertambangan strategis.
Beberapa ekonom menilai bahwa kebijakan ini sejalan dengan agenda hilirisasi tambang yang menargetkan peningkatan nilai tambah dari emas dan tembaga di dalam negeri. Dengan demikian, kebijakan ini diharapkan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan perekonomian nasional.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!