
Ekspor Sawit Indonesia ke India Mengalami Penurunan
Ekspor minyak sawit Indonesia ke India mengalami penurunan pada tahun ini, meskipun India tetap menjadi pasar utama bagi produk kelapa sawit Indonesia. Menurut data yang diungkapkan oleh Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), Eddy Martono, ekspor sawit Indonesia ke India hingga Juni 2025 tercatat sebesar 573 ribu ton, turun 27% dibandingkan periode yang sama pada tahun lalu yang mencapai 783 ribu ton.
Eddy menyoroti bahwa India merupakan pasar penting bagi Indonesia setelah Tiongkok. Namun, hingga pertengahan tahun ini, ekspor sawit ke India justru mengalami penurunan dibandingkan tahun sebelumnya. Hal ini terjadi di tengah kondisi harga minyak sawit global yang pada 2024 berada di atas harga minyak nabati lain seperti soybean oil. Kondisi ini menyebabkan importir di India beralih ke sumber minyak nabati alternatif.
Meski demikian, pada April 2025, harga minyak sawit kembali lebih murah dibandingkan soybean oil, meskipun selisihnya tipis. Sebelumnya, biasanya harga minyak sawit selalu lebih rendah dari minyak nabati lainnya. Namun, situasi ini berubah pada 2024.
Konsumsi Minyak Nabati di India yang Terus Meningkat
Konsumsi minyak nabati di India terus meningkat dan mencapai hampir 25 juta ton per tahun. Dari jumlah tersebut, sekitar 9 juta ton dipenuhi dari impor minyak sawit. Indonesia menjadi pemasok terbesar dengan kontribusi sekitar 4,4 juta ton pada 2024, menurut data Oil World, atau 4,8 juta ton menurut BPS.
Meskipun India juga memproduksi berbagai jenis minyak nabati seperti rapeseed, soybean, cottonseed, dan sunflower, kapasitas produksinya belum mampu menutupi kebutuhan domestik. Produksi minyak sawit India sendiri hanya sekitar 400 ribu ton, jauh di bawah konsumsinya yang mencapai 9,8 juta ton. Oleh karena itu, India masih bergantung pada impor, terutama dari Indonesia dan Malaysia.
Struktur Tarif Impor di India
Struktur tarif impor di India juga berpengaruh terhadap pola perdagangan. Crude palm oil (CPO) dikenakan tarif lebih rendah, yakni 16,5%, sedangkan refined palm oil mencapai 35% hingga 75%. Kondisi ini membuat India lebih banyak mengimpor CPO ketimbang produk olahan dari Indonesia.
Eddy menjelaskan bahwa secara volume, impor terbesar India dari Indonesia adalah CPO. Selain tarif yang lebih rendah, India juga memiliki kapasitas pengolahan sendiri, sehingga mereka lebih memilih bahan baku ketimbang produk olahan.
Peran Sawit dalam Perekonomian Indonesia
Meskipun ekspor ke India menurun, secara keseluruhan peran sawit bagi perekonomian Indonesia tetap signifikan. GAPKI mencatat bahwa kontribusi ekspor sawit kembali meningkat dari 10% pada 2024 menjadi 13% terhadap total ekspor Indonesia di 2025. Sawit juga masih menjadi penyumbang devisa utama yang menjaga surplus neraca perdagangan.
Indonesia menyumbang hampir 57,5% dari total produksi minyak sawit dunia, sekaligus menjadi konsumen terbesar dengan konsumsi mencapai 27%. India menempati posisi konsumen kedua dengan porsi 10,8%.
Prospek Ekspor Sawit ke India
Ke depan, GAPKI menilai bahwa harga sawit yang kembali kompetitif dibandingkan minyak nabati lain berpotensi mengembalikan permintaan India. Namun, faktor tarif impor dan kebijakan proteksi pangan India akan tetap menjadi penentu arah ekspor sawit Indonesia ke negara tersebut.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!