Garuda Indonesia Alami Kerugian Rp2,4 Triliun di Semester I-2025

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Kerugian Garuda Indonesia Meningkat pada Semester Pertama 2025

PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk mengalami kerugian bersih sebesar 143,71 juta dolar Amerika Serikat (AS) atau setara dengan Rp2,4 triliun (kurs Rp16.738 per dolar AS) pada semester pertama tahun 2025. Laporan keuangan yang telah diaudit menunjukkan bahwa kerugian ini meningkat sebesar 41,36 persen dibandingkan periode yang sama pada tahun 2024, yaitu sebesar 101,65 juta dolar AS atau setara Rp1,7 triliun.

Pendapatan Perusahaan Mengalami Penurunan

Kerugian yang dialami oleh Garuda Indonesia terjadi karena penurunan pendapatan perusahaan. Pada semester I-2025, maskapai pelat merah tersebut hanya mampu mencatatkan pendapatan sebesar 1,55 miliar dolar AS atau setara Rp25,9 triliun, turun 4,47 persen dibandingkan pendapatan pada semester I-2024 yang sebesar 1,62 miliar dolar AS atau setara Rp27,13 triliun.

Pendapatan terbesar berasal dari segmen penumpang, yang mencapai 1,1 miliar dolar AS atau setara Rp18,41 triliun. Selain itu, pendapatan dari pengiriman kargo dan dokumen sebesar 80,39 juta dolar AS atau setara Rp1,34 triliun. Sementara itu, pendapatan dari layanan haji dan charter mencapai 205,83 juta dolar AS atau setara Rp3,44 triliun.

Garuda Indonesia juga mendapatkan pendapatan dari berbagai layanan tambahan seperti pemeliharaan pesawat, pelayanan penerbangan, jasa boga, biro perjalanan, fasilitas hotel, dan transportasi sebesar 158,2 juta dolar AS atau setara Rp2,65 triliun.

Beban Usaha Dapat Diturunkan

Meskipun mengalami kerugian dan penurunan pendapatan, Garuda Indonesia berhasil menurunkan beban usaha menjadi 1,5 miliar dolar AS atau setara Rp25,1 triliun. Angka ini turun sebesar 1,96 persen dibandingkan beban usaha sebelumnya yang sebesar 1,53 miliar dolar AS atau setara Rp2,56 triliun.

Utang Perusahaan Masih Tinggi

Posisi aset Garuda Indonesia pada kuartal pertama tahun 2025 mencapai 6,51 miliar dolar AS atau setara Rp109,04 triliun. Namun, perusahaan masih memiliki ekuitas negatif sebesar 1,5 miliar dolar AS atau setara Rp25,05 triliun. Jumlah liabilitas perusahaan mencapai 8,01 miliar dolar AS atau setara Rp134,08 triliun.

Liabilitas Garuda Indonesia didominasi oleh utang jangka panjang sebesar 6,69 miliar dolar AS atau setara Rp112 triliun, serta utang jangka pendek sebesar 1,32 miliar dolar AS atau setara Rp22,06 triliun. Di antara utang jangka panjang, Garuda Indonesia memiliki utang kepada bank sebesar 661 juta dolar AS atau setara Rp11 triliun, utang kepada obligor sebesar 599 juta dolar AS atau setara Rp10,03 triliun, dan utang terhadap pemegang sukuk sebesar 85 juta dolar AS atau setara Rp1,43 triliun.

Rencana Rapat Umum Pemegang Saham

Dalam beberapa waktu mendatang, Garuda Indonesia akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) untuk membahas berbagai isu strategis terkait operasional dan keuangan perusahaan. Hal ini dilakukan sebagai bagian dari upaya perusahaan dalam memperkuat posisi keuangan dan menjaga kelangsungan bisnis di tengah tantangan industri penerbangan yang semakin kompetitif.