Rupiah Melemah Seminggu, Ini Prediksi Minggu Depan

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Rupiah Menghadapi Tekanan Kurs Terhadap Dolar AS

Kurs rupiah mengalami tekanan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) dalam sepekan terakhir. Pada Jumat (26/9/2025), rupiah ditutup menguat tipis sebesar 0,07% ke posisi Rp 16.738 per dolar AS. Namun, dalam sepekan, rupiah spot telah melemah sebesar 0,82% dari posisi Rp 16.601 pekan lalu.

Dari sisi Jisdor Bank Indonesia (BI), rupiah juga mengalami penurunan sebesar 0,14% menjadi Rp 16.775 per dolar AS. Selama seminggu terakhir, rupiah Jisdor turun sebesar 1,19% dari posisi Rp 16.578 pekan sebelumnya.

Analis mata uang dari Doo Financial Futures, Lukman Leong, menyatakan bahwa rupiah mengalami tekanan baik dari penguatan indeks dolar AS maupun faktor internal. Ia menjelaskan bahwa dolar AS mengalami rebound yang cukup kuat karena pernyataan Ketua The Fed, Jerome Powell, yang dianggap hawkish terkait prospek suku bunga.

Selain itu, data ekonomi yang lebih kuat, seperti revisi data PDB kuartal II dan klaim pengangguran, juga menjadi penyebab penguatan dolar AS. Dari dalam negeri, Lukman melihat adanya kekhawatiran terkait kebijakan ekonomi ekspansif pemerintah, defisit fiskal, serta pemangkasan suku bunga oleh BI yang berdampak pada rupiah.

Pengamat mata uang Ibrahim Assuaibi menilai bahwa penguatan dolar AS dipicu oleh langkah Presiden AS Donald Trump yang mengumumkan serangkaian tarif perdagangan, termasuk tarif 100% untuk semua impor farmasi. Langkah ini meningkatkan ketidakpastian tentang dampak ekonomi dari tarif Trump dan memicu pergerakan risk-off di pasar keuangan secara luas.

Untuk pekan depan, Ibrahim mengungkapkan bahwa pergerakan rupiah akan sangat dipengaruhi oleh data indeks harga PCE AS, yang menjadi tolok ukur inflasi pilihan The Fed. Data tersebut akan dirilis pada Jumat malam dan diperkirakan menunjukkan inflasi inti tetap stabil di bulan Agustus.

Sementara itu, Lukman melihat bahwa pekan depan akan banyak menghadapi data ekonomi. Dari dalam negeri, akan ada data inflasi dan perdagangan. Sementara dari luar negeri, data tenaga kerja AS seperti non-farm payrolls akan menjadi fokus utama.

Menurut Lukman, rupiah masih akan menghadapi tekanan dalam seminggu ke depan, dan Bank Indonesia (BI) dipastikan akan sangat aktif dalam intervensi pasar. Ia juga menyarankan agar pemerintah memberikan penjelasan yang jelas kepada masyarakat mengenai kebijakan ekspansif dan kenaikan suku bunga simpanan dolar AS oleh bank-bank pelat merah.

Lukman memprediksi bahwa rupiah akan bergerak dalam rentang Rp 16.600 hingga Rp 17.000 per dolar AS. Sedangkan Ibrahim memperkirakan rupiah akan dibuka di rentang Rp 16.730 hingga Rp 16.800 per dolar AS.