IHSG Tembus 8.099, Komoditas dan Konglomerasi Melonjak Saat Rupiah Melemah

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Penguatan IHSG yang Didorong oleh Faktor Eksternal dan Internal

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menutup perdagangan pada hari Jumat (26/9) dengan kenaikan sebesar 58,66 poin atau 0,73% ke level 8.099,33. Dalam sepekan terakhir, IHSG mencatat peningkatan sebesar 0,6%, yang menunjukkan tren positif dalam jangka pendek maupun panjang. Penguatan ini dipengaruhi oleh berbagai faktor baik dari dalam maupun luar pasar.

VP Equity Retail Kiwoom Sekuritas Indonesia, Oktavianus Audi, menyebutkan dua katalis utama yang mendukung kenaikan IHSG dalam seminggu terakhir. Pertama, adanya penguatan saham-saham konglomerasi setelah proses rebalancing indeks global seperti Morgan Stanley Capital International (MSCI) dan FTSE. Kedua, kenaikan harga komoditas dunia, khususnya logam dan bahan baku seperti emas serta tembaga, turut memberikan dampak positif terhadap pasar modal.

Namun, meskipun IHSG mengalami kenaikan, depresiasi rupiah terhadap dolar Amerika Serikat tetap menjadi risiko yang perlu diperhatikan. Menurut Audi, IHSG dalam sepekan terakhir bergerak dalam kondisi mixed namun akhirnya ditutup menguat tipis. Hal ini menunjukkan bahwa meski ada ketidakpastian, sentimen pasar secara keseluruhan tetap bullish.

Penguatan IHSG Disertai Peningkatan Volume Beli

Dari sisi volume perdagangan, Head of Research Retail MNC Sekuritas, Herditya Wicaksana, menjelaskan bahwa penguatan IHSG pekan lalu diiringi dengan peningkatan jumlah pembelian investor. Menurutnya, ada tiga faktor utama yang memengaruhi pergerakan pasar:

  1. Harga komoditas dunia, khususnya emas, yang menunjukkan tren kenaikan.
  2. Ketidakpastian arah kebijakan suku bunga The Federal Reserve (The Fed), yang menyebabkan kenaikan yield US Treasury dan membuat investor lebih hati-hati.
  3. Pelemahan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat, yang memberikan tekanan pada sebagian sektor, terutama yang bergantung pada impor.

Proyeksi Pergerakan IHSG untuk Pekan Depan

Untuk perdagangan Senin (29/9), Herditya memproyeksikan bahwa IHSG masih memiliki peluang untuk menguat terbatas. Ia memperkirakan level support di 8.070 dan resistance di 8.109. Pergerakan indeks pada awal pekan depan akan dipengaruhi oleh dua faktor utama: harga komoditas global dan tren pelemahan nilai tukar rupiah.

Rekomendasi Saham Pilihan Analis

Dalam kondisi pasar saat ini, Herditya merekomendasikan beberapa saham yang dinilai menarik baik secara teknikal maupun fundamental:

  • PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN): Target harga antara Rp 825 hingga Rp 875 per saham.
  • PT Sentul City Tbk (BKSL): Target harga antara Rp 148 hingga Rp 154 per saham.
  • PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA): Target harga antara Rp 2.170 hingga Rp 2.250 per saham.

FAQ: Informasi yang Sering Ditanyakan Pembaca

  1. Apakah IHSG masih berpotensi menguat minggu depan?
    Ya, analis melihat ruang kenaikan terbatas selama harga komoditas menguat dan aksi beli asing tetap terjaga.

  2. Sektor apa yang diuntungkan dari pelemahan rupiah dan kenaikan komoditas?
    Sektor tambang, metal, dan energi cenderung mendapat sentimen positif, sementara sektor berbasis impor bisa tertekan.

  3. Apakah net buy asing berperan dalam penguatan IHSG?
    Pada perdagangan Jumat (26/9), asing mencatat net buy signifikan dan menjadi salah satu faktor penopang indeks.