
Isu Peleburan Kementerian BUMN dengan Danantara Mengundang Perhatian Pasar
Isu mengenai kemungkinan peleburan antara Kementerian BUMN dengan Danantara kembali muncul di tengah perubahan struktur pemerintahan. Hal ini memicu ketidakpastian di kalangan pelaku pasar terhadap emiten pelat merah, yang sebagian besar masih dalam posisi menunggu dan melihat.
Sebelumnya, Erick Thohir digeser dari jabatan Menteri BUMN menjadi Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora). Sementara itu, Wakil Menteri BUMN Dony Oskaria ditunjuk sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Menteri BUMN. Selain itu, Dony juga menjabat sebagai COO Danantara. Keberadaan Danantara dalam struktur pemerintahan ini membuat isu peleburan antara Kementerian BUMN dan Danantara semakin kuat.
Kehadiran Danantara memberikan dinamika baru dalam pengelolaan emiten pelat merah. Salah satu contohnya adalah kebutuhan adanya persetujuan Danantara untuk mengadakan rapat umum pemegang saham (RUPS). Berbagai aksi korporasi emiten pelat merah pun harus menunggu lampu hijau dari Danantara. Termasuk rencana merger antara emiten BUMN Karya yang diharapkan selesai pada akhir tahun 2025.
Sekretaris Perusahaan PT Wijaya Karya Tbk (WIKA), Ngatemin alias Emin, menyatakan bahwa WIKA tetap fokus pada upaya menjaga kinerja operasional, meningkatkan tata kelola, serta menerapkan inovasi metode kerja. Hal ini bertujuan untuk mendukung penyelesaian proyek-proyek yang sedang berjalan sesuai target. Menurutnya, apapun keputusan yang diambil, akan melalui kajian yang matang baik dari segi birokrasi maupun keberlanjutan operasional.
WIKA juga mendukung penuh kebijakan pemerintah terkait konsolidasi BUMN Karya. Menurut Emin, langkah ini akan membawa manfaat bagi peran BUMN Karya dalam mendukung program pemerintah dan menjaga keberlangsungan bisnis sebagai agen utama pembangunan infrastruktur nasional.
Equity Analyst PT Indo Premier Sekuritas (IPOT), Hari Rachmansyah, mengatakan bahwa isu peleburan dan pergeseran kursi strategis di BUMN menimbulkan risiko tata kelola yang bisa menunda proyek, menahan belanja modal, dan mengubah arah strategi bisnis. Kondisi ini membuat investor asing cenderung menunggu dan melihat akibat meningkatnya risiko politik.
Dinamika Pasar dan Pergerakan Saham
Meski isu peleburan kian mengemuka, pergerakan indeks IDX BUMN20 belum menunjukkan respons signifikan. Investor tampaknya masih menunggu dan melihat, sementara konstituen indeks belum banyak bergerak. Menurut Investment Analyst Infovesta Utama Ekky Topan, sentimen terkait dinamika kementerian belum terlalu direspons oleh pelaku pasar secara luas.
Di sisi lain, asing masih mencatatkan net sell cukup besar di emiten pelat merah. Contohnya, Bank Mandiri (BMRI) dilego asing hingga Rp4,6 triliun dalam sebulan terakhir. Begitu pula dengan Bank Negara Indonesia (BBNI) yang dilego asing sebesar Rp574,8 miliar. Faktor-faktor seperti melambatnya pertumbuhan kredit dan kekhawatiran terhadap stabilitas fiskal pasca reshuffle turut memengaruhi perilaku asing.
Namun, ada beberapa emiten yang justru diakumulasi asing. Misalnya, Bank Rakyat Indonesia (BBRI) diakumulasi asing sebesar Rp2,7 triliun, Aneka Tambang (ANTM) dibeli asing hingga Rp1,2 triliun, serta Perusahaan Gas Negara (PGAS) dan Telkom Indonesia (TLKM) yang juga mendapat dukungan dari asing.
Prospek dan Rekomendasi Investasi
Secara prospek, emiten-emiten BUMN masih memiliki potensi pertumbuhan yang menarik, terutama jika stabilitas makro dan arah kebijakan fiskal pasca reshuffle kabinet kembali terjaga. Penurunan suku bunga BI, suntikan likuiditas Rp200 triliun ke perbankan, serta proyek hilirisasi dan infrastruktur menjadi katalis utama.
Ekky Topan merekomendasikan untuk mulai mengakumulasi saham PGEO dan TINS. PGEO sudah berada di area support dan layak untuk dikoleksi dengan target harga Rp1.800–2.000 per saham. Sementara TINS menarik secara teknikal dan valuasi, dengan target harga jangka menengah di level Rp1.400–1.500 per saham.
Untuk sektor energi, telekomunikasi, dan tambang logam mulia, masih menjadi penopang indeks BUMN20. Sementara sektor perbankan tetap menarik secara fundamental, namun pemulihan sentimen investor mungkin masih bertahap.
Hari Rachmansyah merekomendasikan beli untuk BBRI, BMRI, dan BBNI dengan target harga masing-masing Rp4.700, Rp6.000, dan Rp4.800 per saham. ANTM direkomendasikan beli dengan target harga Rp3.900 per saham. TLKM dan PGAS juga direkomendasikan beli dengan target harga masing-masing Rp3.700 dan Rp1.900 per saham.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!