
Perluasan Portofolio Bisnis UNTR di Sektor Tambang dan Energi Hijau
PT United Tractors Tbk (UNTR), anak usaha PT Astra International Tbk (ASII), telah lama dikenal sebagai perusahaan yang fokus pada bisnis kontraktor tambang batu bara melalui merek alat berat Komatsu. Namun, dalam beberapa tahun terakhir, UNTR secara aktif melakukan diversifikasi usaha ke sektor tambang mineral, termasuk emas dan nikel, hingga energi hijau. Langkah ini dilakukan untuk memperkuat posisi perusahaan di pasar yang semakin dinamis.
UNTR resmi terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada 19 September 1989 dengan harga perdana Rp 7.250 per saham. Pada Januari 2018, harga sahamnya sempat mencapai level intraday sebesar Rp 40 ribu. Pada perdagangan hari ini, harga saham UNTR ditutup turun 0,66% di level 26.300.
Dalam pengumuman terbaru, UNTR kembali memperluas portofolio bisnisnya melalui rencana akuisisi saham anak usaha PT J Resources Asia Pasifik Tbk (PSAB). Nilai transaksi mencapai US$ 540 juta atau sekitar Rp 8,85 triliun. Aksi ini disebut akan memperkuat lini bisnis mineral UNTR. Setelah pengumuman tersebut, harga saham UNTR naik tipis 0,57% ke level Rp 26.625, sementara saham PSAB justru turun 0,97% ke posisi Rp 570.
Masuk ke Sektor Tambang Emas
Langkah diversifikasi UNTR ke sektor emas dimulai pada 14 Desember 2018. Melalui anak usahanya, PT Danusa Tambang Nusantara, UNTR mengakuisisi 95% saham PT Agincourt Resources, pengelola tambang emas Martabe di Sumatera Utara, dengan nilai sekitar US$ 1 miliar. Sisanya, 5% saham Agincourt dimiliki oleh pemerintah daerah melalui PT Artha Nugraha Agung.
Presiden Direktur UNTR saat itu, Gidion Hasan, menyatakan bahwa akuisisi Agincourt merupakan bagian dari ekspansi strategis perseroan. “Diharapkan ke depan perseroan memiliki portofolio yang lebih berimbang dan dapat menghasilkan kontribusi berkelanjutan dalam jangka panjang,” ujarnya.
Dalam akuisisi terbaru, Danusa Tambang Nusantara meneken perjanjian jual beli bersyarat dengan PT J Resources Nusantara (JRN), anak usaha PSAB, untuk membeli 99,99% saham PT Arafura Surya Alam (ASA). Selain itu, anak usaha UNTR lain, PT Energia Prima Nusantara (EPN) juga menandatangani perjanjian dengan pemegang saham individu, Jimmy Budiarto, untuk membeli 0,00004% saham ASA dan 0,2% saham PT Mulia Bumi Persada (MBP).
Corporate Secretary UNTR, Sara K. Loebis, menjelaskan bahwa nilai transaksi mencapai US$ 540 juta, yang mencakup harga pembelian saham serta penyelesaian utang pemegang saham JRN kepada ASA. Transaksi ditargetkan rampung paling lambat pada 23 Desember 2025 setelah semua persyaratan pendahuluan terpenuhi.
Ekspansi Besar di Sektor Emas, Nikel, dan Energi Baru Terbarukan
Direktur UNTR Iwan Hadiantoro menyatakan bahwa perusahaan menyiapkan ekspansi besar untuk memperluas portofolio bisnis, khususnya di emas, nikel, dan energi baru terbarukan (EBT). “Kami terus mencari peluang akuisisi, baik untuk tambang emas maupun nikel, di dalam maupun luar negeri,” ujarnya dalam paparan publik 2025 BEI pekan lalu.
Secara total, emiten alat berat Grup Astra ini menyiapkan dana hingga US$ 1 miliar atau Rp 16,84 triliun untuk memperkuat portofolio bisnis di luar batu bara pada tahun ini.
Kinerja UNTR Sepanjang Semester I 2025
United Tractors (UNTR) mencatatkan laba bersih pada semester I 2025 sebesar Rp 8,13 triliun, anjlok 15% dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 9,5 triliun. Meski demikian, pendapatan bersih anak usaha ASII ini tumbuh 6%. Penjualan bersih perseroan pada semester I 2025 mencapai Rp 68 triliun, naik dibandingkan periode yang sama tahun lalu Rp 64 triliun. Namun, beban pendapatan naik lebih tinggi mencapai 12% dari Rp 47,64 triliun menjadi Rp 53,7 triliun.
Bisnis penjualan alat berat Komatsu meningkat 27% menjadi 2.728 unit karena peningkatan penjualan di berbagai sektor. Penjualan Scania dan UD Trucks masing-masing meningkat 55% dan 33%, masing-masing menjadi 282 unit dan 109 unit.
Pendapatan dari tambang emas dan mineral lainnya meningkat 60% menjadi Rp 7 triliun, terutama didukung oleh penjualan emas yang lebih tinggi dan harga jual yang lebih kuat. Pendapatan bersih dari bisnis suku cadang dan jasa meningkat 2% menjadi Rp 5,5 triliun, sedangkan dari mesin konstruksi meningkat 34% menjadi Rp 20,9 triliun.
Di sisi lain, bisnis pertambangan batu bara UNTR, baik kontrak penambangan melalui PT Pamapersada Nusantara (PAMA) maupun aktivitas pertambangan batu bara termal dan metalurgi melalui PT Tuah Turangga Agung (Turangga Resources), tercatat lesu. Pendapatan bersih dari kontraktor penambangan turun 7% menjadi Rp 26,1 triliun. Sedangkan pendapatan bersih dari pertambangan batu bara termal dan metalurgi anjlok 14% menjadi Rp 13,4 triliun akibat penurunan harga batu bara.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!