
Garuda Indonesia Siap Gelar RUPS Luar Biasa pada 15 Oktober 2025
PT Garuda Indonesia Tbk (GIAA) akan menggelar Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 15 Oktober 2025 di Tangerang, Banten. Pengumuman tentang acara tersebut telah disampaikan melalui keterbukaan informasi di Bursa Efek Indonesia. Meski detail agenda belum sepenuhnya diungkapkan, RUPSLB ini diprediksi menjadi momen penting dalam pengambilan keputusan strategis perusahaan.
VP Corporate Secretary Garuda Indonesia, Cahyadi Indrananto, saat dihubungi pada Rabu, 24 September 2025, tidak memberikan penjelasan lebih lanjut terkait agenda utama dalam pertemuan tersebut. Ia hanya menyarankan para pemangku kepentingan untuk menantikan undangan resmi yang akan dikeluarkan. Cahyadi juga menyebut bahwa dalam RUPS bulan Juni lalu, pemegang saham belum memilih seorang direktur keuangan, sehingga posisi tersebut masih kosong. Saat ini, tugas direktur keuangan sementara dipegang oleh direktur utama.
Isu Suntikan Modal Danantara dan Perubahan Pengurus
Pihak Garuda Indonesia juga dikabarkan menerima suntikan modal dari Danantara Asset Management (DAM), bagian dari Badan Pengelola Investasi Daya Anugrah Nusantara (Danantara Indonesia). Dana sebesar Rp 6,65 triliun diberikan sebagai shareholder loan untuk mendukung kebutuhan maintenance, repair, and overhaul (MRO) perusahaan. Angka ini merupakan bagian dari dukungan pendanaan senilai US$ 1 miliar atau sekitar Rp 16,3 triliun.
Namun, isu perubahan pengurus perseroan juga menjadi topik hangat. Cahyadi menjelaskan bahwa usulan nama-nama pengurus perusahaan sepenuhnya menjadi hak Kementerian Badan Usaha Milik Negara sebagai pemegang saham. “Garuda akan menjalankan sepenuhnya keputusan RUPS,” ujarnya.
Tanggapan dari Anggota DPR
Dalam rapat di Kompleks Parlemen, anggota Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat, Mufti Anam, mendapat kabar bahwa akan ada anggota eksekutif dari Singapore Airlines masuk ke tubuh Garuda Indonesia. Namun, ia menilai hal ini tidak otomatis akan meningkatkan kinerja perusahaan. “Banyak orang Indonesia yang juga pintar. Saya yakin kalau ada orang asing secerdas apapun, jika tata kelola dan budaya seperti itu, akan seperti itu saja,” katanya.
Kondisi Keuangan Garuda Indonesia
Pada semester I 2025, Garuda Indonesia mencatat kerugian sebesar US$ 142,8 juta atau setara dengan Rp 2,3 triliun (berdasarkan kurs Rp 16.646 per dolar AS). Angka ini lebih besar dibandingkan periode yang sama tahun lalu, yang mencapai Rp 1,6 triliun.
Laporan keuangan yang dirilis di Bursa Efek Indonesia, Selasa, 23 September 2025, menunjukkan penurunan pendapatan perusahaan. Pendapatan turun dari Rp 26,6 triliun menjadi Rp 24,9 triliun selama Januari-Juni 2025. Pendapatan tersebut berasal dari penerbangan berjadwal sebesar Rp 19,9 triliun, penerbangan tidak berjadwal sebesar Rp 3,4 triliun, dan sisa lainnya sebesar Rp 2,6 triliun.
Selain itu, Garuda juga membukukan liabilitas sebesar Rp 133,2 triliun dan ekuitas sebesar Rp 23,3 miliar. Total aset per 30 Juni 2025 tercatat sebesar Rp 108,2 triliun, turun dari Rp 109,9 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Tantangan dan Peluang di Masa Depan
Dengan kondisi keuangan yang masih dalam tekanan, Garuda Indonesia membutuhkan strategi yang lebih efektif untuk pulih dan meningkatkan kinerja. Suntikan modal dari Danantara serta perubahan struktur pengurus dapat menjadi langkah awal menuju perbaikan. Namun, perlu adanya perubahan dalam tata kelola dan manajemen risiko agar perusahaan dapat beroperasi secara lebih efisien dan berkelanjutan.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!