
Indeks Bursa Wall Street Mengalami Penurunan
Indeks bursa Wall Street di Amerika Serikat mengalami penurunan pada perdagangan hari Kamis (25/9) waktu setempat. Pergerakan negatif ini terjadi karena meningkatnya ketidakpastian mengenai kebijakan suku bunga yang akan diambil oleh The Federal Reserve (The Fed). Hal ini dipicu oleh rilis data ekonomi terbaru yang menunjukkan perubahan dalam tren perekonomian AS.
Indeks S&P 500 mengalami penurunan sebesar 33,25 poin atau 0,50% menjadi 6.604,72. Sementara itu, Dow Jones turun sebanyak 173,96 poin atau 0,38% menjadi 45.947,32. Di sisi lain, Nasdaq Composite juga mengalami penurunan sebesar 113,16 poin atau 0,50% menjadi 22.384,70.
Data dari Departemen Tenaga Kerja AS menunjukkan bahwa klaim pengangguran awal mengalami penurunan sebesar 14.000 orang menjadi 218.000 orang pada 20 September. Selain itu, laporan lain mengindikasikan pertumbuhan ekonomi kuartal kedua lebih kuat dari perkiraan, didukung oleh konsumsi rumah tangga dan investasi bisnis.
Presiden The Fed Chicago, Austan Goolsbee, menyatakan bahwa dirinya tidak nyaman jika bank sentral terlalu cepat menurunkan suku bunga. Menurutnya, inflasi masih menjadi risiko yang perlu diperhatikan.
Pekan lalu, The Fed melakukan pemangkasan suku bunga acuan sebesar 25 basis poin dan memberikan sinyal kemungkinan pelonggaran lebih lanjut. Namun, data ekonomi terbaru memunculkan keraguan di pasar. Berdasarkan CME FedWatch Tool, peluang pemangkasan suku bunga lagi sebesar 25 bps pada pertemuan Oktober turun menjadi 83,4% dari 92% sehari sebelumnya.
Peter Tuz, Presiden Chase Investment Counsel di Charlottesville, Virginia, mengatakan bahwa data ekonomi dalam satu-dua hari terakhir agak membingungkan. Hal ini menimbulkan pertanyaan apakah The Fed masih perlu memangkas suku bunga lagi tahun ini.
Investor kini sedang menantikan rilis indeks harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi (PCE) yang akan keluar hari ini. Indeks ini merupakan ukuran inflasi utama yang menjadi acuan bagi The Fed.
Sebagian besar sektor di S&P 500 mengalami penurunan, kecuali sektor energi yang naik sebesar 0,9% dan sektor teknologi yang menguat tipis sebesar 0,03%. Saham Intel melonjak sebesar 8,9% setelah laporan The Wall Street Journal menyebut bahwa perusahaan tersebut menjajaki kerja sama manufaktur dengan Taiwan Semiconductor Manufacturing Company (TSMC).
Di sisi lain, saham CarMax anjlok sebesar 20,1% setelah melaporkan laba kuartal kedua di bawah ekspektasi. Saham Accenture juga turun sebesar 2,7% meskipun mencatat pendapatan lebih tinggi dari perkiraan.
Rick Meckler, mitra di Cherry Lane Investments, mengatakan bahwa valuasi pasar saat ini berada di kisaran tinggi.
Perhatian The Fed terhadap Inflasi
Ketua The Fed Jerome Powell menegaskan pentingnya menyeimbangkan risiko inflasi dengan pelemahan pasar tenaga kerja. Namun, terdapat perbedaan pandangan di internal bank sentral. Stephen Miran, pejabat baru yang ditunjuk Presiden Donald Trump, mendorong percepatan pelonggaran kebijakan.
Di Bursa Efek New York, jumlah saham yang turun melampaui saham yang naik dengan rasio 3,11:1. Tercatat 110 saham menyentuh level tertinggi baru dan 109 saham mencatat level terendah baru.
Sementara di Nasdaq, 1.166 saham menguat dan 3.502 melemah, dengan rasio 3:1. Volume perdagangan mencapai 19,58 miliar saham, lebih tinggi dari rata-rata harian 17,99 miliar saham dalam 20 hari terakhir.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!