
Pelaku Kejahatan Spesialis Bank yang Terlibat dalam Pembobolan Rekening Dormant
Dwi Hartono, dikenal dengan nama panggilan DH, dan C alias Ken dianggap sebagai pelaku kejahatan spesialis bank. Meskipun tidak melakukan perampokan langsung terhadap bank, keduanya memiliki keahlian khusus dalam membobol rekening dormant. Mereka juga menjadi tersangka dalam kasus pembobolan rekening dormant senilai Rp204 miliar yang diungkap oleh Bareskrim Polri.
Selain itu, DH dan C juga terlibat dalam kasus penculikan dan pembunuhan terhadap Kepala Cabang Bank BRI Cempaka Putih, Jakarta Pusat, yaitu Ilham Pradipta (37). Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Polri, Brigjen Pol Helfi Assegaf, menjelaskan peran dari DH dan C dalam kasus ini.
Peran DH dan C dalam Pembobolan Rekening Dormant
DH, atau Dwi Hartono, berperan penting dalam kasus pencucian uang. Ia bekerja sama dengan pelaku pembobol bank untuk membuka blokir rekening dan memindahkan dana yang terblokir. Sementara itu, C alias Ken bertindak sebagai mastermind atau dalang dalam pembobolan rekening. Ia mengaku sebagai anggota Satgas Perampasan Aset dan menggunakan identitas tersebut untuk menipu korban.
Sejak awal Juni 2025, jaringan sindikat ini merencanakan pemindahan dana dari rekening dormant. Modus operandi mereka adalah melakukan tindakan di luar jam operasional bank agar tidak mudah terdeteksi. Rencana ini dilakukan melalui pertemuan antara C dan timnya dengan kepala cabang bank.
Peran DH dan C dalam Pembunuhan Ilham Pradipta
Dalam kasus pembunuhan Ilham Pradipta, DH dan C menjadi otak penculikan dan pembunuhan. Ide pembunuhan muncul setelah C dan DH berdiskusi tentang rencana memindahkan uang dari rekening dormant ke rekening lain. Rekening dormant adalah rekening yang tidak aktif karena tidak ada aktivitas transaksi dalam jangka waktu tertentu.
C dan DH mencari kepala cabang bank yang bersedia memindahkan dana tersebut. Rencana ini sudah dibahas sejak Juni 2025. C memiliki data rekening dormant di beberapa bank dan ingin memindahkan dana ke rekening penampungan. Untuk merealisasikan hal ini, ia membutuhkan persetujuan dari kepala bank, sehingga ia mengajak DH untuk mencari kepala cabang yang bisa diajak bekerja sama.
Pada Juli 2025, C dan DH kembali bertemu dan menyampaikan bahwa mereka telah berusaha membujuk Ilham untuk memindahkan rekening dormant. Namun, permintaan mereka ditolak. Akibatnya, mereka merencanakan tindakan kekerasan hingga membunuh Ilham.
Rencana Pemaksaan dan Pembunuhan
Pada 30 Juli 2025, C bersama DH dan AAM melakukan pertemuan. Mereka menyampaikan bahwa opsi pertama adalah melakukan pemaksaan dengan kekerasan dan ancaman, lalu melepaskan korban. Opsi kedua adalah melakukan pemaksaan dengan kekerasan dan ancaman, lalu membunuh korban jika berhasil.
Pada 31 Juli 2025, C, DW, dan AAM kembali berkumpul untuk membahas pilihan opsi. Beberapa hari kemudian, C dan DH sepakat melakukan opsi pertama, yaitu melakukan ancaman kekerasan kepada Ilham agar mau memindahkan rekening dormant, lalu melepaskannya.
Pada 12 Agustus 2025, C dan DH berkomunikasi melalui WhatsApp dan memutuskan untuk memilih opsi pertama. Setelah keputusan diambil, mereka mulai merencanakan penculikan dan pembunuhan Ilham. DH bertugas mencari eksekutor dan merancang pembunuhan, sementara C membantu.
Akhirnya, Ilham diculik pada 20 Agustus 2025. Dua hari kemudian, pada 21 Agustus 2025, korban ditemukan tak bernyawa. Dalam kasus ini, polisi menetapkan 15 tersangka, termasuk DH dan C alias Ken.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!