
Tantangan Pelemahan Rupiah dan Strategi PT Kalbe Farma Tbk
Pelemahan nilai tukar rupiah dalam sepekan terakhir menjadi tantangan besar bagi PT Kalbe Farma Tbk (KLBF). Perusahaan farmasi ini masih bergantung pada bahan baku impor, sehingga fluktuasi kurs mata uang asing berdampak langsung pada kinerja bisnisnya. Meski demikian, KLBF telah menyiapkan strategi untuk menghadapi situasi ini.
Kurs rupiah spot dalam sepekan terakhir mengalami penurunan sebesar 0,82%. Sementara itu, pelemahan lebih dalam terjadi pada kurs Jisdor yang turun hingga 1,19%. Dampak dari pelemahan ini sangat terasa bagi perusahaan yang sebagian besar bahan bakunya masih diimpor. Sekitar 60%-70% bahan baku KLBF berasal dari luar negeri, terutama active pharma ingredients dan skimmed milk, yang tidak tersedia secara penuh dalam pasar lokal.
Hari Nugroho, Head External & Stakeholders Relation KLBF, menjelaskan bahwa keterbatasan pasokan bahan baku dalam negeri memaksa perusahaan untuk terus mengimpor. Namun, KLBF berupaya mengurangi risiko dari pelemahan rupiah dengan beberapa langkah strategis.
Salah satu strategi yang diterapkan adalah pembayaran dalam mata uang lokal negara impor. Misalnya, saat membeli bahan baku dari Tiongkok, KLBF mulai menggunakan renminbi atau yuan sebagai alat pembayaran. Hal ini dilakukan setelah perusahaan mendirikan joint venture bernama Global Starway Synergy di Shenzhen, Tiongkok.
Selain itu, KLBF juga mencadangkan kas dalam bentuk dolar AS sebagai upaya mitigasi fluktuasi nilai tukar antara rupiah dan dolar. Langkah ini membantu perusahaan dalam mengurangi kerugian akibat kenaikan harga bahan baku yang diimpor.
KLBF juga aktif melakukan inovasi untuk mencari substitusi bahan baku impor dengan bahan baku lokal. Upaya ini bertujuan untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor dan meningkatkan ketahanan bisnis jangka panjang.
Selain itu, perusahaan fokus pada pengembangan kapabilitas produksi dalam negeri. Tujuannya adalah untuk mendukung ketahanan kesehatan nasional dan memperkuat posisi KLBF di pasar Indonesia.
Kinerja Keuangan KLBF di Semester I-2025
Dalam semester pertama tahun 2025, KLBF berhasil meraih laba bersih sebesar Rp 2,02 triliun, naik 10,77% dibandingkan laba pada periode yang sama tahun sebelumnya sebesar Rp 1,83 triliun. Penjualan perusahaan juga meningkat sebesar 4,5% YoY, mencapai Rp 17,07 triliun dari sebelumnya Rp 16,32 triliun.
Penjualan domestik KLBF meningkat menjadi Rp 15,92 triliun dari Rp 15,50 triliun. Penjualan ini mencakup berbagai segmen seperti obat resep, produk kesehatan, nutrisi, serta distribusi dan logistik. Sementara itu, penjualan ekspor juga mengalami peningkatan, dari Rp 16,32 triliun menjadi Rp 17,07 triliun.
Target Pertumbuhan Tahun Ini
Hingga akhir tahun 2025, KLBF menargetkan pertumbuhan penjualan sebesar 6% dan pertumbuhan laba bersih sebesar 8% secara tahunan (YoY). Dengan strategi yang sudah dirancang, perusahaan optimis dapat menghadapi tantangan ekonomi dan tetap menjaga kinerja keuangan yang stabil.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!