
Antapani Kidul: Transformasi dari Bencana Banjir ke Ruang Publik yang Berkualitas
Banjir masih menjadi ancaman nyata bagi warga Antapani Kidul, khususnya saat musim hujan tiba. Tiga sungai utama yang melintasi wilayah ini, yaitu Ciparumpung, Cidurian, dan Cibodas, sering mengalami banjir akibat aliran yang terganggu. Penyebab utamanya adalah sedimentasi yang menumpuk di dasar sungai serta penyempitan aliran akibat bangunan ilegal yang berdiri di sepanjang bantaran. Hal ini diakui oleh Lurah Antapani Kidul, Dedi Juardi, yang menyatakan bahwa banyak warga membangun struktur di tepi aliran tanpa izin.
Pola serupa juga terjadi di wilayah lain di Bandung, seperti Babakan Ciamis, Cikapundung, hingga Citepus. Oleh karena itu, penanganan banjir tidak bisa dilakukan secara setengah-setengah. Sejak 2021, Pemerintah Kota Bandung bekerja sama dengan Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) dan program Citarum Harum untuk menertibkan bangunan tanpa izin di sepanjang bantaran sungai. Meski proses ini penuh tantangan, termasuk dalam hal merelokasi warga ke hunian sementara atau Rusun Rancacili, langkah tersebut membuka jalan bagi lahirnya proyek besar: Waterfront Cidurian-Cibodas.
Kini, sepanjang 1.365 meter bantaran sungai yang dulunya kumuh mulai tertata dengan baik. Selain berfungsi sebagai penghalang luapan air, kawasan ini telah berubah menjadi ruang publik yang dapat dinikmati warga untuk berolahraga, bersantai, hingga sekadar berfoto. Waterfront ini juga memberikan dampak positif pada kesehatan masyarakat, salah satunya mendukung pencapaian 100 persen ODF (Open Defecation Free) dan menurunkan angka stunting.
Wali Kota Bandung, Muhammad Farhan, menjelaskan bahwa normalisasi sungai bukan hanya solusi untuk mengatasi banjir, tetapi juga cara untuk menciptakan ruang kota yang lebih sehat dan produktif. Upaya ini tidak hanya berhenti pada proyek besar semata. Di tingkat kelurahan, warga Antapani Kidul aktif berpartisipasi melalui program padat karya, seperti pengerukan sedimentasi Sungai Cibogo, membersihkan gober, dan melakukan pembersihan gorong-gorong serta normalisasi saluran air.
Langkah-langkah kecil ini menjadi antisipasi jangka pendek agar banjir tidak mudah kembali menghiasi wilayah ini. Dengan sinergi antara pemerintah dan masyarakat, Antapani Kidul kini diarahkan menjadi contoh penataan lingkungan yang berbasis mitigasi bencana. Dari sungai yang kerap meluap, kawasan ini telah bertransformasi menjadi ruang hidup yang lebih sehat, aman, dan bermanfaat bagi warganya. Proses ini menunjukkan bahwa kolaborasi antara pihak terkait dan partisipasi aktif masyarakat bisa menjadi kunci dalam menghadapi tantangan lingkungan yang kompleks.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!