
Dampak Tarif Impor AS terhadap Ekspor Vietnam
Tarif impor yang diberlakukan oleh Amerika Serikat (AS) sejak Agustus 2025 berpotensi memengaruhi ekspor Vietnam secara signifikan. Kebijakan ini menimbulkan kekhawatiran bahwa hingga sepertiga dari total ekspor negara tersebut ke Negeri Paman Sam bisa mengalami penurunan. Hal ini menjadikan Vietnam sebagai salah satu negara Asia Tenggara yang paling rentan terhadap kenaikan tarif AS.
Philip Schellekens, Kepala Ekonom United Nations Development Programme (UNDP) untuk Asia-Pasifik, menyatakan bahwa dalam skenario terburuk, inflasi tinggi akibat kenaikan tarif dapat menyebabkan penurunan ekspor Vietnam ke AS lebih dari US$25 miliar. Angka ini setara dengan hampir seperlima dari total ekspor tahunan negara tersebut. Schellekens menekankan bahwa tidak ada negara Asia Tenggara lain yang lebih terekspos terhadap kenaikan tarif AS selain Vietnam. Hanya China di Asia Timur yang akan mengalami dampak serupa dalam hal nilai dolar.
Laporan UNDP yang dirilis beberapa waktu lalu memperkirakan potensi penurunan ekspor Vietnam ke AS sebesar 19,2%. Angka ini hampir dua kali lipat dari rata-rata penurunan 9,7% ekspor Asia Tenggara secara keseluruhan. Kawasan ini dikenal sebagai pusat industri manufaktur global, sehingga perubahan pada pasar AS bisa berdampak luas.
Dari negara-negara besar Asia Tenggara lainnya, ekspor Thailand ke AS diperkirakan turun sebesar 12,7%, Malaysia 10,4%, dan Indonesia 6,4%. Sementara itu, dampak tarif tersebut bisa memangkas sekitar 5% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Vietnam. Meskipun efek penuh dari kebijakan ini diperkirakan baru terasa dalam beberapa tahun ke depan, UNDP mencatat bahwa tekanan ekonomi bisa dikurangi melalui diversifikasi pasar ekspor, peningkatan konsumsi domestik, dan sebagian biaya yang diserap oleh eksportir.
Estimasi UNDP didasarkan pada asumsi bahwa seluruh bea masuk akan dibebankan kepada konsumen AS, sehingga menekan permintaan. Namun, hingga saat ini dampaknya terhadap inflasi AS masih relatif moderat. Selain itu, UNDP belum memasukkan potensi dampak tarif 40% terhadap barang transit melalui Vietnam. Jika Washington memberlakukan pembatasan ketat atas komponen asing, dampaknya bisa lebih parah, mengingat rantai pasok ekspor Vietnam sangat bergantung pada input dari China.
Selain itu, perhitungan UNDP juga tidak memperhitungkan pengecualian tarif untuk produk elektronik konsumen yang menyumbang sekitar 28% dari ekspor Vietnam ke AS. Meskipun ada pengecualian tersebut, ekspor Vietnam ke AS tetap berisiko turun hingga US$18 miliar.
Data perdagangan AS menunjukkan bahwa Vietnam adalah pengekspor terbesar keenam dunia ke Amerika dengan nilai US$136,5 miliar pada 2024. Barang-barang tersebut sebagian besar diproduksi di pabrik milik perusahaan multinasional AS dan asing. Data resmi Vietnam pertama sejak tarif berlaku pada 7 Agustus mencatat ekspor ke AS turun 2% pada Agustus dibandingkan Juli, termasuk penurunan 5,5% untuk produk alas kaki, di mana Vietnam merupakan pemasok terbesar kedua dunia. Penurunan itu terjadi setelah lonjakan pengiriman menjelang penerapan tarif.
Bank Dunia pun merevisi turun proyeksi pertumbuhan ekonomi Vietnam tahun ini pasca kebijakan tarif tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa dampak jangka panjang dari kebijakan ini bisa sangat signifikan bagi perekonomian Vietnam.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!