EBT Tembus 16% di September 2025, Ini Peluang Saham Perusahaan EBT

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Peluang Berkembangnya Sektor EBT di Indonesia

Pengembangan energi baru terbarukan (EBT) di Indonesia kini menunjukkan perkembangan yang positif. Hal ini memberikan peluang besar bagi perusahaan-perusahaan yang bergerak di sektor EBT untuk meningkatkan kinerja keuangan sekaligus melakukan ekspansi bisnis. Kebijakan transisi energi hijau yang terus diperkuat menjadi salah satu faktor utama dalam pertumbuhan sektor ini.

Pada awal September 2025, bauran EBT di Indonesia telah mencapai angka 16%. Angka ini mengalami peningkatan dari sebelumnya yang hanya berkisar antara 14% hingga 15%. Peningkatan ini didorong oleh beroperasinya beberapa proyek pembangkit hijau dalam beberapa bulan terakhir. Proyek-proyek tersebut mencakup Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA), Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP), Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS), serta penggunaan bioenergi yang telah mencapai masa operasi komersial (COD).

Berdasarkan Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN) terbaru, pemerintah menargetkan bauran EBT nasional dapat mencapai 23% pada tahun 2030. Target ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam mempercepat transisi menuju energi yang lebih ramah lingkungan.

Analis dari Pilarmas Investindo Sekuritas, Arinda Izzaty, menyatakan bahwa pencapaian bauran EBT sebesar 16% pada awal September 2025 merupakan sinyal positif bagi emiten-emiten di sektor EBT. Capaian ini menunjukkan bahwa proses transisi energi terus berjalan meskipun masih bertahap. Selain itu, hal ini juga membuka ruang untuk pertumbuhan yang lebih besar di masa depan.

Bagi perusahaan EBT, kondisi ini memperkuat prospek bisnis mereka dalam jangka menengah hingga panjang. Peluang ekspansi kapasitas pembangkit dan diversifikasi teknologi semakin terbuka. Selain itu, pemerintah kemungkinan akan memberikan insentif atau proyek baru yang dapat meningkatkan pendapatan bagi sektor EBT.

Investment Analyst dari Edvisor Provina, Indy Naila, menilai bahwa target pemerintah untuk mencapai bauran EBT sebesar 30% pada 2030 serta dukungan berupa insentif fiskal dan non-fiskal membuat sektor EBT semakin menjanjikan. Tidak mustahil, sektor ini akan semakin diminati oleh pemain baru yang melakukan diversifikasi bisnis ke sektor EBT.

Insentif yang dikeluarkan pemerintah sangat membantu dalam akses proyek EBT. Namun, kendala tetap ada. Salah satunya adalah biaya investasi awal yang tinggi. Proyek pembangkit EBT biasanya membutuhkan modal besar dengan periode balik modal yang panjang. Akses pendanaan juga masih terbatas karena lembaga keuangan cenderung hati-hati dalam membiayai proyek EBT yang belum pasti keekonomiannya tanpa subsidi.

Selain itu, keterbatasan infrastruktur jaringan transmisi membuat integrasi EBT ke sistem kelistrikan nasional tidak mudah dilakukan. Kepastian regulasi juga menjadi isu penting, karena perubahan kebijakan tarif, insentif, maupun kontrak dengan PLN sering kali menimbulkan ketidakpastian bagi investor.

Dalam jangka pendek, saham PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) dan PT Barito Renewables Energy Tbk (BREN) dinilai menarik bagi investor yang melirik sektor EBT. PGEO ditargetkan bisa mencapai level Rp 1.465 per saham, sedangkan BREN ditargetkan ke level Rp 9.325 per saham. Menurut Indy, BREN menjadi saham yang menarik dari sektor EBT dengan target harga di kisaran Rp 9.600—9.800 per saham.