
Krisis Ekonomi Mendorong Perubahan Pemimpin di Malawi
Pemilu yang digelar pada September 2025 menjadi momen penting bagi Malawi, di mana Presiden saat itu, Lazarus Chakwera, kalah telak dalam pemilihan. Rakyat memilih kembali mantan presiden Peter Mutharika, yang sebelumnya menjabat dari tahun 2014 hingga 2020. Kemenangan Mutharika kali ini menunjukkan ketidakpuasan terhadap pemerintahan Chakwera, khususnya dalam menghadapi krisis ekonomi yang terus berlangsung.
Komisi Pemilihan Malawi melaporkan bahwa Mutharika berhasil meraih lebih dari 56 persen suara sah, sementara Chakwera hanya mendapatkan 33 persen. Tingkat partisipasi pemilih mencapai 76 persen dari total pemilih terdaftar, menunjukkan antusiasme masyarakat terhadap proses demokratisasi.
Menurut Boniface Dulani, seorang ahli politik dari Universitas Malawi, hasil pemilu ini bukan sekadar tentang kemenangan Mutharika, tetapi lebih merupakan bentuk protes terhadap kebijakan pemerintahan Chakwera, khususnya dalam mengelola ekonomi negara. "Rakyat ingin perubahan dan mereka memberikan suara untuk itu," ujarnya.
Sejak 2020, Malawi terus menghadapi tantangan ekonomi yang berat. Pandemi Covid-19, bencana siklon, dan kekeringan akibat perubahan iklim telah menghancurkan sektor pertanian, yang menjadi tulang punggung perekonomian negara. Inflasi bertahan di atas 20 persen selama lebih dari tiga tahun, membuat kehidupan rakyat semakin sulit.
Hampir tiga perempat penduduk Malawi hidup di bawah garis kemiskinan Bank Dunia, yaitu 3 dolar Amerika Serikat per hari atau sekitar Rp48.000 (kurs Rp16.000 per dolar AS). Bahkan, separuh populasi tidak mampu memenuhi kebutuhan kalori harian yang layak. Situasi ini menunjukkan betapa parahnya kondisi ekonomi dan sosial di negara tersebut.
Chakwera mengakui kekalahan dalam pemilu dan berjanji untuk melakukan transisi damai. Ia menyatakan siap menghormati pilihan rakyat, meskipun harus melepaskan jabatan sebagai presiden. "Saya akan menjaga stabilitas dan harmoni nasional," ujarnya.
Kembalinya Peter Mutharika
Peter Mutharika, yang kini berusia 85 tahun, bukanlah wajah baru di panggung politik Malawi. Ia pernah menjabat sebagai presiden dari tahun 2014 hingga 2020, sebelum digantikan oleh Chakwera. Kemenangan kali ini menandai rivalitas keempat antara Mutharika dan Chakwera, yang sebelumnya sudah tiga kali ia menangkan.
Ketua Komisi Pemilihan, Annabel Mtalimanja, mengumumkan resmi bahwa Mutharika terpilih sebagai presiden. "Anda telah dipilih oleh rakyat Malawi untuk memimpin mereka menuju masa depan yang lebih cerah," katanya dalam pidato pengumuman.
Pengumuman kemenangan Mutharika dilakukan dengan pengamanan ketat di ibu kota Lilongwe. Polisi bersenjata berpatroli di sekitar lokasi, sementara beberapa bank memilih tutup untuk mencegah potensi kerusuhan. Langkah-langkah ini menunjukkan bahwa situasi politik di Malawi masih rentan terhadap konflik.
Tantangan yang Menanti Presiden Baru
Bertha Bangara Chikadza, Presiden Asosiasi Ekonomi Malawi, menilai tugas utama Mutharika adalah menstabilkan perekonomian negara. "Melakukan hal ini secara otomatis akan berdampak positif langsung pada isu-isu sosial seperti pengangguran dan pengurangan kemiskinan," ujarnya kepada Reuters.
Mutharika memiliki rekam jejak dalam menghadapi krisis ekonomi. Selama masa pemerintahannya sebelumnya, ia berhasil menekan inflasi dan membangun infrastruktur jalan raya. Namun, ia juga sering dikaitkan dengan tuduhan kronisme, yang ia bantah. Meski begitu, keberhasilannya dalam mengelola ekonomi di masa lalu memberikan harapan bagi rakyat Malawi.
Dengan kemenangan ini, Mutharika kembali mengambil alih jabatan presiden, dengan tugas berat untuk memperbaiki kondisi ekonomi dan sosial negara. Bagi rakyat Malawi, ini adalah kesempatan untuk melihat perubahan nyata setelah bertahun-tahun menghadapi krisis.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!