IHSG Jatuh, Investor Waspada: 434 Saham Turun, Pasar Susut Ratusan Triliun

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

IHSG Kembali Terpuruk, Tekanan Global dan Dalam Negeri Membuat Investor Waspada

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) kembali menutup perdagangan dengan penurunan yang cukup signifikan. Pada hari Kamis (25/9), indeks utama Bursa Efek Indonesia tersebut turun sebesar 85,89 poin atau 1,06 persen ke level 8.040,66. Angka ini menjadi salah satu penurunan terbesar dalam sebulan terakhir, mengindikasikan adanya tekanan besar di pasar modal domestik.

Sejak pembukaan perdagangan, IHSG sempat bertahan di kisaran 8.130 dan bahkan menyentuh titik tertinggi harian di 8.146. Namun, sentimen jual mendominasi hingga akhirnya indeks tergelincir ke level terendah harian di 8.022. Hal ini menunjukkan bahwa investor mulai memilih untuk menjual saham setelah melihat fluktuasi pasar yang tidak stabil.

Berdasarkan data dari RTI Business, dari total emiten yang diperdagangkan, hanya 242 saham yang berhasil menguat, sedangkan 434 saham tercatat dalam zona merah, sementara 123 lainnya stagnan. Kapitalisasi pasar juga mengalami penurunan, dengan nilai saat ini berada di Rp 14.783,14 triliun.

Meski penurunan IHSG terjadi, aktivitas transaksi tetap ramai. Frekuensi perdagangan mencapai 2,69 juta kali dengan volume perdagangan sebesar 53,47 miliar lembar saham dan nilai transaksi mencapai Rp 26,24 triliun. Angka ini menunjukkan bahwa minat investor masih tinggi, meskipun dominasi aksi jual sulit dihindari.

Faktor Penyebab Penurunan IHSG

Analis pasar mengungkapkan bahwa koreksi IHSG tidak lepas dari kombinasi faktor eksternal dan internal. Salah satu faktor utama adalah ketidakpastian suku bunga The Fed yang membuat investor asing cenderung menarik dana dari pasar berkembang, termasuk Indonesia. Selain itu, tren penguatan dolar AS juga memberikan tekanan pada pasar modal.

Dari dalam negeri, pelemahan rupiah terhadap dolar AS dan ekspektasi perlambatan ekonomi kuartal III turut memperburuk sentimen pasar. Seorang analis pasar di Jakarta menyampaikan bahwa pasar saat ini sangat sensitif terhadap isu global. Investor cenderung memilih untuk menunggu dan melihat, sehingga capital outflow sulit dihindari.

Kondisi ini menuntut investor ritel untuk lebih selektif dalam memilih saham. Saham-saham dengan fundamental kuat dan valuasi menarik dinilai sebagai pilihan aman di tengah gejolak indeks. Bagi investor yang tidak siap menahan risiko, disarankan untuk mengurangi porsi trading jangka pendek dan fokus pada saham sektor defensif seperti consumer goods atau perbankan besar.

Pergerakan Bursa Asia yang Berbeda

Tidak semua bursa di kawasan Asia mengalami penurunan. Beberapa indeks menunjukkan arah yang berbeda. Contohnya, Nikkei 225 di Jepang menguat sekitar 0,30 persen, sementara Hang Seng di Hong Kong turun sekitar 0,13 persen. Perbedaan ini disebabkan oleh beberapa faktor yang memengaruhi masing-masing pasar.

Alasan Perbedaan Arah Pergerakan

Beberapa alasan yang menjelaskan perbedaan pola pergerakan antar bursa Asia antara lain:

  1. Jepang sebagai tujuan aman: Saat pasar global bergejolak, Jepang menjadi pilihan investor karena likuiditas tinggi dan pasar yang lebih matang.
  2. Risiko di China dan Hong Kong: Hang Seng sangat sensitif terhadap perlambatan ekonomi China dan regulasi ketat di sektor properti serta teknologi.
  3. Kontagion di Asia: Meski pergerakan harian berbeda, IHSG, Nikkei, dan Hang Seng tetap terhubung dalam tren global.
  4. Tekanan domestik: Di Indonesia, selain faktor global, pelemahan rupiah, capital outflow, dan ekspektasi perlambatan ekonomi kuartal III ikut menambah tekanan IHSG.

Prospek dan Implikasi Pasar

Kondisi ini menjadi alarm bagi investor untuk tetap waspada. Jika tren negatif global berlanjut, IHSG bisa kembali menguji level psikologis 8.000. Investor juga perlu memperhatikan efek domino dari bursa regional: koreksi tipis di Nikkei atau Hang Seng berpotensi merembet ke pasar Asia Tenggara.

Dalam situasi volatil seperti sekarang, saham sektor defensif—seperti consumer staples, utilitas, dan perbankan besar—dinilai lebih aman untuk jangka menengah. Sementara bagi investor dengan profil risiko rendah, pengurangan porsi trading jangka pendek bisa menjadi pilihan bijak.