
Konferensi Nasional Petani Sawit Berupaya Memperkuat Kepentingan Petani
Pada 24–25 September 2025, acara tahunan yang dikenal sebagai 5th Indonesian Palm Oil Smallholder Conference and Expo (IPOSC) diadakan di Hotel Q Qubu Resort, Kubu Raya, Kalimantan Barat. Acara ini menjadi ajang penting bagi ratusan petani sawit dari berbagai wilayah di Indonesia untuk bertemu dan membahas isu-isu strategis terkait sektor perkebunan kelapa sawit.
Konferensi ini dihadiri oleh para petani, pemerintah, akademisi, serta pelaku industri. Mereka saling berdiskusi mengenai tantangan dan peluang yang ada dalam sektor perkebunan kelapa sawit. Dengan adanya pertemuan ini, diharapkan bisa muncul solusi-solusi yang lebih efektif dalam menjaga keberlanjutan sektor ini.
Ketua Panitia IPOSC ke-5, Mansuetus Darto, menyoroti bahwa nasib petani sawit masih belum jelas meskipun Hari Tani telah ditetapkan melalui Keputusan Presiden tahun 1963. Ia menilai bahwa banyak petani sawit yang lahan mereka justru masuk kategori kawasan hutan dan sering kali disita tanpa dialog atau solusi yang adil. Hal ini memperparah ketidakpastian dan membuat posisi petani semakin terpinggirkan.
Darto juga menyampaikan bahwa kebijakan nasionalisasi berbasis BUMN justru menciptakan kesenjangan. Menurutnya, pendekatan tersebut merupakan strategi struktural yang memiskinkan petani kecil. Oleh karena itu, ia meminta pemerintah membuka ruang dialog yang nyata dengan petani sawit agar penyelesaian persoalan lahan bisa dilakukan secara transparan dan adil.
“Pemerintah harus hadir sebagai penengah yang berpihak pada keadilan. Jangan sampai petani yang sudah puluhan tahun mengelola lahannya tiba-tiba kehilangan hak hanya karena aturan yang tidak memberi ruang kompromi,” ujar Darto.
Dalam acara tersebut, Darto juga menekankan perlunya wadah tunggal yang menyatukan berbagai organisasi petani sawit di tingkat nasional. Ia berharap melalui forum ini, dukungan dari berbagai pihak seperti Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS), perusahaan swasta, hingga media dapat memperkuat gerakan petani dan menjadikan sawit sebagai bagian penting pembangunan ekonomi nasional yang berkelanjutan.
Peran Subsektor Perkebunan dalam Perekonomian Nasional
Kepala Dinas Perkebunan dan Peternakan Kalbar, Heronimus Hero, menegaskan peran strategis subsektor perkebunan, khususnya sawit, dalam perekonomian nasional. Di Kalimantan Barat, sektor ini menyumbang lebih dari 30 persen PDRB dan melibatkan lebih dari satu juta masyarakat, baik sebagai pekebun maupun pekerja.
Hero juga menyebutkan bahwa dari tiga juta hektare lahan yang sudah dikonsesikan, baru sekitar satu juta hektare yang tertanam. Oleh karena itu, ia menekankan agar izin yang ada dimanfaatkan terlebih dahulu sebelum membuka lahan baru.
Selain itu, Hero menyampaikan dukungan pemerintah melalui program replanting sawit, sarana prasarana, hingga pengembangan SDM yang dana bantuanannya bersumber dari BPDPKS. Di Kalbar, program replanting sudah mencapai 24 ribu hektare dengan nilai bantuan sekitar Rp600 miliar. Selain itu, lebih dari 150 mahasiswa asal Kalbar telah menerima beasiswa sawit untuk melanjutkan pendidikan di perguruan tinggi.
Tantangan Regulasi Internasional
Dari perspektif regulasi internasional, Hero mengingatkan tantangan dari Uni Eropa terkait kebijakan deforestation regulation yang berpotensi menghambat akses pasar sawit Indonesia. Menurutnya, hal ini perlu dijawab dengan penguatan praktik perkebunan berkelanjutan sekaligus pendampingan kepada petani swadaya.
Sementara itu, Deputi Bidang Karantina Tumbuhan, Bambang MN, menekankan pentingnya membangun persepsi publik yang positif tentang sawit. Ia menegaskan bahwa kelapa sawit merupakan tanaman paling produktif dalam menghasilkan minyak nabati sekaligus energi, sehingga justru menjadi solusi menjaga hutan tropis dunia.
“Sering kali sawit dituduh boros air atau merusak lingkungan. Padahal justru sawit adalah tanaman paling efisien dan mampu menjaga keseimbangan ekosistem,” kata Bambang. Ia juga mengajak semua pihak, termasuk media, untuk bersatu menyuarakan fakta positif tentang sawit sebagai komoditas strategis bangsa.
Melalui forum IPOSC ini, para pemangku kepentingan berharap lahir rekomendasi kebijakan yang lebih berpihak pada petani, sekaligus memperkuat posisi Indonesia sebagai produsen minyak sawit terbesar dunia dengan prinsip keberlanjutan.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!