IRSX Berubah Nama Jadi Folago Global Nusantara, Siapkan Rights Issue Rp3 Triliun

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Perusahaan Teknologi Berencana Ekspansi Besar-Besaran

PT Aviana Sinar Abadi Tbk (IRSX), yang kini berganti nama menjadi PT Folago Global Nusantara, telah mengumumkan rencana penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu (PMHMETD) I atau right issue. Rencana ini bertujuan untuk mengumpulkan dana hingga Rp 3 triliun. Keputusan ini diambil dalam Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) yang diselenggarakan di Jakarta pada Kamis (25/9).

Perusahaan akan menerbitkan saham baru sebanyak-banyaknya 12,39 miliar lembar dan juga waran seri II sebanyak-banyaknya sejumlah 1,85 miliar. Dana hasil dari rights issue ini akan digunakan untuk ekspansi dan pengembangan usaha, termasuk belanja modal (capex) dan modal kerja (opex). Hal ini menunjukkan komitmen perusahaan untuk memperkuat posisi di pasar.

Kerja Sama Strategis dengan Perusahaan Lain

Direktur Utama IRSX, Subioto Jingga, menyatakan bahwa perusahaan telah menandatangani kerja sama dengan PT Tripar Multivision Plus Tbk (RAAM) untuk memproduksi short movie. Selain itu, Folago juga sedang menjajaki kerja sama dengan pihak Hong Kong dan Cina untuk memproduksi drama series pendek. Meski demikian, nilai investasi dari kerja sama tersebut belum diungkapkan secara rinci.

Folago tidak hanya fokus pada produksi drama pendek, tetapi juga menargetkan 10 film layar lebar pada 2026. Untuk mendukung rencana ini, perseroan menyiapkan anggaran capex antara Rp200 miliar hingga Rp300 miliar.

Target Pendapatan yang Ambisius

Subioto menargetkan pendapatan perusahaan mencapai Rp300 miliar dengan estimasi laba bersih sekitar 25% pada akhir 2025. Untuk tahun 2026, target pendapatan diperkirakan mencapai sekitar Rp400 miliar. Saat ini, sumber pendapatan utama Folago masih berasal dari Folago Multi-Channel Network (MCN) dan layanan live streaming TikTok.

Ke depan, perusahaan berencana menggenjot ekspansi dengan menargetkan produksi 100 short movie atau drama pendek pada 2026. Hasil produksi ini akan didistribusikan melalui platform seperti TikTok serta aplikasi internal milik perusahaan, TidakTidur.

Perubahan Struktur Pemegang Saham dan Direksi

Dalam agenda RUPSLB tersebut, Folago juga mengumumkan bahwa PT Matra Tri Abadi resmi menjadi pemegang saham pengendali baru. Langkah ini sejalan dengan strategi perseroan untuk memperkuat bisnis MCN, social commerce, dan ekosistem digital UMKM.

Selain itu, rapat juga menyetujui perubahan susunan direksi dan dewan komisaris, antara lain:

Dewan Komisaris
- Komisaris Utama: Adhie Moelyadi Masardi
- Komisaris Independen: Benny

Direksi
- Direktur Utama: Subioto Jingga
- Direktur: Charlie
- Direktur Teknologi: Michael Hizkia Halasan
- Direktur: Gusti Ngurah Komang Panji Pramana

Kenaikan Harga Saham yang Signifikan

Seiring dengan aksi rights issue, pergantian pengendali, dan rencana kerja sama dengan RAAM, saham IRSX tercatat melonjak hingga 1.115% dalam tiga bulan terakhir dan naik 919,35% secara year to date (ytd). Bahkan, dalam sepekan terakhir sahamnya sudah meroket 172,41%.

Pada perdagangan Kamis (25/9), saham IRSX ditutup naik 2,60% ke Rp316 per lembar. Volume perdagangan tercatat 46,56 juta lembar dengan nilai transaksi Rp14,49 miliar, sehingga kapitalisasi pasar mencapai Rp1,96 triliun.

Padahal, pada awal Januari 2025 saham ini masih berada di level Rp 31 per lembar. Bahkan sempat menyentuh titik terendah Rp 21 pada 10 April 2025 atau turun 32,26% dari posisi awal tahun. Kenaikan harga saham ini menunjukkan optimisme investor terhadap rencana ekspansi dan strategi perusahaan.