Museum Bank Indonesia, Jejak Perbankan Nusantara di Balik Arsitektur Megah Kota Tua

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Sejarah dan Keunikan Museum Bank Indonesia di Kota Tua Jakarta

Di balik bangunan megah yang memiliki arsitektur kolonial, tersembunyi kisah panjang perjalanan keuangan Indonesia. Gedung yang kini menjadi Museum Bank Indonesia (BI) bukan hanya sekadar tempat bersejarah, tetapi juga saksi bisu dari transformasi sistem keuangan negara ini. Dari masa penjajahan hingga era kemerdekaan, bangunan ini telah mengalami berbagai perubahan fungsi dan sejarah.

Gedung ini pertama kali dibangun pada tahun 1828 dan awalnya berfungsi sebagai bank sirkulasi Hindia Belanda. Seiring waktu, bangunan ini terus berubah sesuai dengan dinamika sejarah negara. Mulai dari masa kolonial, pendudukan Jepang, hingga periode awal kemerdekaan, gedung ini selalu menjadi bagian penting dalam pengelolaan keuangan. Pada tahun 1963, Bank Indonesia resmi lahir sebagai bank sentral, dan bangunan ini akhirnya dialihfungsikan menjadi museum pada tahun 2006. Pada 21 Juli 2009, museum ini diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Arsitektur Museum Bank Indonesia dirancang oleh Eduard Cuypers, seorang arsitek ternama asal Belanda. Perpaduan antara gaya neoklasik Eropa dan sentuhan modern membuat bangunan ini menjadi ikon bersejarah di kawasan Kota Tua. Fasad bangunan yang penuh detail menarik perhatian para pengunjung, memberikan kesan anggun dan elegan.

Namun, daya tarik museum tidak hanya terletak pada bangunannya. Di dalamnya, terdapat berbagai koleksi yang memperlihatkan perjalanan sistem keuangan Indonesia. Mulai dari alat tukar zaman kerajaan abad ke-14, mata uang kolonial Hindia Belanda, masa NICA, hingga rupiah modern, semuanya disajikan secara terstruktur dan menarik.

Pengunjung juga diajak untuk menjelajahi "lorong waktu" melalui patung lilin yang menggambarkan suasana transaksi perbankan masa lalu. Ruang kerja bank, bilik pelayanan nasabah, serta aktivitas perbankan pada masa kolonial ditata sedemikian rupa sehingga menciptakan pengalaman imersif.

Salah satu koleksi yang paling menarik adalah tiruan emas batangan seberat 13 kilogram yang bisa disentuh langsung oleh pengunjung. Selain itu, museum juga menyediakan film dokumenter berdurasi 12 menit yang menampilkan perjalanan sejarah perbankan di Indonesia.

Museum Bank Indonesia bukan hanya menjadi tempat pamer, tetapi juga pusat edukasi publik. Melalui berbagai program yang diselenggarakan, museum ini berhasil mendekatkan masyarakat—mulai dari pelajar, mahasiswa, hingga keluarga—dengan sejarah dan peran bank sentral. Pengunjung dapat memahami kebijakan moneter, sistem pembayaran, serta perkembangan perbankan dari masa ke masa dengan cara yang menarik dan mudah dipahami.

Tidak heran jika Museum Bank Indonesia kini menjadi salah satu destinasi wisata edukasi unggulan di Jakarta. Kombinasi antara sejarah, arsitektur, dan koleksi yang kaya membuat museum ini bukan hanya tempat berkunjung, tetapi juga ruang belajar yang hidup tentang perjalanan panjang ekonomi dan keuangan bangsa.