OJK Beberkan Tantangan Utama Perbankan Syariah: Literasi Rendah dan Kurangnya Pembeda

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Tantangan dan Strategi Pengembangan Industri Keuangan Syariah di Indonesia

Industri keuangan syariah di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan yang perlu segera diatasi. Salah satu isu utama adalah rendahnya tingkat literasi masyarakat terhadap prinsip-prinsip keuangan syariah. Banyak orang masih menganggap bahwa produk perbankan syariah tidak jauh berbeda dengan bank konvensional, sehingga kurang memahami perbedaan mendasar dalam model bisnis dan nilai-nilai yang dianut.

Menurut Wakil Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Mirza Adityaswara, persepsi ini menjadi salah satu hambatan besar dalam memperluas pangsa pasar industri keuangan syariah. Ia menyampaikan hal ini dalam acara Ijtima’ Sanawi XXI 2025 di Jakarta, pada Jumat (26/9/2025). Menurutnya, perbankan syariah perlu menunjukkan karakteristik yang lebih jelas sebagai bentuk diferensiasi dari sistem keuangan konvensional.

Untuk menjawab tantangan tersebut, OJK telah menyiapkan roadmap pengembangan dan penguatan perbankan syariah untuk periode 2023–2027. Salah satu fokus utamanya adalah memperkuat karakteristik syariah sebagai bagian dari model bisnis yang berbeda. Selain itu, OJK juga sedang menyiapkan pedoman untuk pengembangan produk baru, seperti cash for coupling deposit yang menghubungkan aspek komersial dan sosial dalam operasional bank syariah. Produk investasi berbasis syariah juga sedang dikembangkan sebagai alternatif bagi para investor.

Dengan hadirnya produk-produk inovatif ini, diharapkan mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dan meningkatkan minat terhadap layanan keuangan syariah. Namun, tantangan tidak hanya terbatas pada sektor perbankan. Masalah lain yang muncul adalah rendahnya tingkat literasi pasar modal syariah, yang hanya mencapai 4,5 persen, serta tingkat inklusi yang sangat rendah, yaitu 0,2 persen.

Kondisi serupa juga terjadi di industri perasuransian, penjaminan, dan dana pensiun syariah. Rendahnya pemahaman tentang akad, mekanisme tabarru, serta manfaat produk membuat masyarakat enggan terlibat dalam industri ini. Selain itu, variasi produk yang tersedia masih terbatas dan kurang kompetitif dibandingkan dengan produk konvensional.

Untuk mengatasi masalah ini, OJK tengah mempercepat pelaksanaan berbagai program strategis. Beberapa di antaranya meliputi sosialisasi, pelatihan bagi pelatih (training for trainers), serta perluasan insentif dalam penerbitan instrumen berbasis keberlanjutan di pasar modal syariah. Di sektor asuransi dan dana pensiun syariah, OJK menekankan pentingnya literasi, inklusi, dan perlindungan konsumen sebagai bagian dari fase pertama peta jalan penguatan industri.

Mirza optimistis bahwa dengan penguatan regulasi, inovasi produk, dan peningkatan edukasi, ekosistem keuangan syariah di Indonesia akan semakin kompetitif. Dengan langkah-langkah strategis ini, diharapkan masyarakat akan lebih memahami dan mempercayai layanan keuangan syariah, sehingga dapat berkontribusi signifikan dalam pembangunan ekonomi nasional.