Peran Jahat Dua Otak Pembunuhan Kacab Bank BUMN dalam Kasus Pembobolan Rekening, Dwi Incar Rp204 Mil

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Peran Utama Dwi Hartono dan C Alias Ken dalam Kasus Pembobolan Dana Nasabah

Dalam kasus pembobolan dana nasabah yang menargetkan rekening dormant senilai Rp204 miliar, dua tersangka utama adalah Dwi Hartono alias DH dan C alias Ken. Mereka tidak hanya terlibat dalam aksi pencurian uang tetapi juga dalam kasus penculikan dan pembunuhan Kepala Cabang Bank BUMN Ilham Pradipta.

Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus Bareskrim Polri, Brigjen Pol Helfi Assegaf, menjelaskan peran keduanya dalam penyelidikan. DH dan C alias Ken dianggap sebagai bagian dari sindikat jaringan pembobolan dana nasabah yang menargetkan rekening dormant. Selain itu, mereka juga terlibat dalam kasus penculikan terhadap kepala cabang BRI.

Peran Dwi Hartono dalam Pembobolan Rekening Dormant

Dwi Hartono, yang dikenal sebagai pemilik bimbel, memiliki peran penting dalam kasus pencucian uang. Ia bekerja sama dengan pelaku pembobol bank untuk membuka blokir rekening dan memindahkan dana yang terblokir. Perannya sangat krusial dalam proses transfer dana yang dilakukan secara ilegal.

DH bertugas sebagai pihak yang mengkoordinasi langkah-langkah teknis dalam pembobolan rekening. Dia berperan sebagai penghubung antara pelaku pembobol dan pihak-pihak lain yang terlibat dalam transaksi keuangan.

Peran C Alias Ken sebagai Dalang Pembobolan Rekening

C alias Ken, sementara itu, menjadi mastermind atau dalang dari seluruh rencana pembobolan. Ia mengaku dirinya sebagai anggota Satgas Perampasan Aset, yang sebenarnya tidak ada. Dengan modus operandi ini, dia mencoba meyakinkan pihak-pihak tertentu bahwa tindakannya sah dan legal.

Sejak awal bulan Juni 2025, jaringan sindikat pembobol bank yang mengaku sebagai Satgas Perampasan Aset melakukan pertemuan dengan kepala cabang pembantu salah satu Bank BNI di Jawa Barat. Tujuannya adalah merencanakan pemindahan dana dari rekening dormant ke rekening penampungan.

Modus operandi para pelaku adalah melakukan aksi di luar jam operasional bank agar tidak mudah terdeteksi. Hal ini membuat tindakan mereka lebih sulit dideteksi oleh sistem keamanan bank.

Peran DH dan C Alias Ken dalam Pembunuhan Ilham Pradipta

Selain terlibat dalam pembobolan dana, DH dan C alias Ken juga menjadi otak dari penculikan dan pembunuhan Ilham Pradipta. Ide pembunuhan muncul setelah C alias Ken bertemu dengan DH. Mereka berbincang tentang rencana memindahkan uang dari rekening dormant ke rekening lain dengan cara yang mudah.

Rekening dormant adalah rekening bank yang tidak aktif atau tidak ada aktivitas transaksi dalam jangka waktu tertentu. Motif dari para pelaku adalah ingin memindahkan uang dari rekening tersebut ke rekening penampungan yang telah disiapkan.

C alias Ken dan DH mencari kepala cabang bank mana yang bersedia memindahkan rekening tersebut. Perencanaan ini sudah dibicarakan sejak Juni 2025. C memiliki data rekening dormant di beberapa bank dan merencanakan pemindahan uang ke rekening penampungan. Untuk melaksanakan rencana ini, ia membutuhkan persetujuan dari kepala bank.

Rencana Pembunuhan Ilham Pradipta

Pada akhir Juli 2025, C alias Ken dan DH bertemu kembali untuk membahas rencana tersebut. Mereka mengaku sudah berusaha membujuk Kacab bank BUMN Ilham Pradipta untuk memindahkan rekening dormant. Namun, permintaan mereka ditolak mentah-mentah oleh Ilham.

Akibatnya, C dan DH merencanakan tindakan kekerasan untuk memaksa Ilham memindahkan rekening tersebut. Dalam pertemuan pada 30 Juli 2025, mereka menyampaikan dua opsi: pertama, melakukan pemaksaan dengan kekerasan dan ancaman, lalu melepaskan korban; kedua, melakukan pemaksaan dan ancaman, lalu membunuh korban.

Setelah beberapa hari, mereka sepakat memilih opsi kedua. Pada 12 Agustus 2025, C dan DH memutuskan untuk memilih opsi pertama, yaitu melakukan pemaksaan dengan kekerasan atau ancaman, lalu melepaskan korban.

Penangkapan dan Pengungkapan Kasus

Setelah keputusan diambil, C dan DH mulai merencanakan penculikan dan pembunuhan Ilham. DH bertugas mencari eksekutor dan merancang pembunuhan, sementara C alias Ken memberikan arahan. Akhirnya, Ilham diculik pada 20 Agustus 2025 dan ditemukan tak bernyawa pada 21 Agustus 2025.

Dalam kasus pembunuhan terhadap Ilham, polisi menetapkan 15 tersangka, termasuk DH dan C alias Ken. Investigasi terus dilanjutkan untuk mengungkap seluruh jaringan sindikat yang terlibat dalam kasus ini.