
Rupiah Diproyeksikan Terus Melemah terhadap Dolar AS
Nilai tukar rupiah diperkirakan akan terus mengalami pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada hari ini. Hal ini disebabkan oleh kinerja ekonomi AS yang menunjukkan peningkatan yang signifikan. Seorang ekonom senior dari KB Valbury, Fikri C. Permana, menjelaskan bahwa data ekonomi AS yang positif memicu tekanan terhadap rupiah.
“Kemungkinan besar rupiah akan melemah mendekati level Rp 16.800 per dolar AS karena rilis data ekonomi AS yang sangat baik, termasuk klaim pengangguran awal, produk domestik bruto, pengeluaran konsumsi pribadi, dan barang tahan lama,” ujar Fikri.
Data ekonomi AS menunjukkan pertumbuhan sebesar 3,8% pada kuartal II tahun 2025. Selain itu, klaim tunjangan pengangguran awal pada 20 September 2025 turun menjadi 218 ribu, dibandingkan dengan angka sebelumnya yang mencapai 232 ribu. Kondisi ini memberikan dorongan bagi dolar AS untuk kembali menguat.
Meskipun demikian, Fikri tetap melihat adanya peluang penyangga dari transaksi Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI). Ia berharap lelang SRBI hari ini berjalan baik sehingga dapat mencegah penurunan lebih lanjut dari rupiah.
Prediksi Pelemahan Rupiah
Berdasarkan data Bloomberg pagi ini, rupiah dibuka melemah di tingkat Rp 16.791 per dolar AS, turun 42 poin atau 0,25% dari penutupan sebelumnya. Analis dari Doo Financial Futures, Lukman Leong, juga memperkirakan rupiah akan terus melemah terhadap dolar AS yang kembali menguat setelah revisi data PDB AS dan klaim pengangguran yang lebih kuat dari perkiraan.
“Saya memproyeksikan rupiah akan berada di level Rp 16.700–16.800 per dolar AS,” kata Lukman.
Intervensi Bank Indonesia
Bank Indonesia (BI) telah melakukan intervensi untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah di tengah tekanan pasar global. Gubernur BI, Perry Warjiyo, menegaskan bahwa seluruh instrumen kebijakan moneter telah digunakan secara maksimal agar rupiah bergerak sesuai dengan fundamentalnya.
“Bank Indonesia menggunakan seluruh instrumen yang ada secara bold, baik di pasar domestik melalui instrumen spot, DNDF, dan pembelian SBN di pasar sekunder, maupun di pasar luar negeri di Asia, Eropa, dan Amerika secara terus menerus melalui intervensi NDF,” ujar Perry.
Menurut Perry, langkah-langkah intervensi tersebut telah berhasil meredam gejolak nilai tukar. “BI yakin seluruh upaya yang dilakukan dapat menstabilkan nilai tukar rupiah, sesuai dengan nilai fundamentalnya,” katanya.
Perry juga mengajak seluruh pelaku pasar untuk bekerja sama menjaga iklim pasar keuangan tetap kondusif agar stabilitas nilai tukar rupiah dapat tercapai dengan baik.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!