
Pembangunan Pabrik Pusri IIIB sebagai Langkah Strategis untuk Revitalisasi Industri Pupuk Nasional
PT Pupuk Indonesia (Persero) memulai pembangunan Pabrik Pusri IIIB melalui anak usahanya PT Pupuk Sriwidjaja Palembang (Pusri). Proyek ini menjadi bagian dari strategi besar dalam revitalisasi industri pupuk nasional. Dengan investasi yang diperkirakan mencapai lebih dari Rp10 triliun, proyek ini diharapkan mampu meningkatkan efisiensi produksi dan menjaga ketersediaan pupuk bagi petani.
Dalam tahun 2023 lalu, sebanyak delapan bank telah menyatakan komitmen mereka dengan memberikan kredit sindikasi senilai Rp9,32 triliun. Bank-bank tersebut antara lain BNI, Bank Mandiri, Bank Central Asia (BCA), Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Tabungan Negara (BTN), Bank Syariah Indonesia (BSI), Bank Jabar Banten (BJB), dan Bank Sumsel Babel (BSB). Kepastian pendanaan ini menjadi langkah penting dalam mendukung proyek besar ini.
Direktur Utama Pupuk Indonesia, Rahmad Pribadi, menjelaskan bahwa Pusri IIIB akan menggantikan pabrik lama sambil menyediakan infrastruktur modern yang mampu meningkatkan efisiensi konsumsi gas. Dari 32 MMBTU per ton menjadi 21,7 MMBTU per ton urea. Efisiensi ini setara dengan penghematan biaya produksi sekitar Rp1,5 triliun per tahun.
“Kami sedang membangun satu pabrik bernama Pusri IIIB yang akan menggantikan pabrik yang sudah tua. Keberadaan pabrik ini akan menjadikan Pusri sebagai perusahaan pupuk tertua, tetapi dengan rata-rata umur pabrik yang paling muda dan paling efisien,” ujar Rahmad dalam keterangan resminya.
Modernisasi Fasilitas Produksi
Pembangunan Pusri IIIB merupakan bagian dari komitmen Pupuk Indonesia dalam memastikan ketersediaan dan keterjangkauan pupuk bagi petani. Strategi ini dilakukan melalui modernisasi fasilitas produksi yang sudah beroperasi sejak 1970-an serta pembangunan pabrik baru untuk meningkatkan efisiensi energi dan menekan biaya produksi.
Dengan kapasitas produksi dirancang sekitar 907.000 ton urea dan 660.000 ton amonia per tahun, Pusri IIIB diharapkan dapat menggantikan kontribusi pabrik lama yang sudah menurun kinerjanya akibat faktor usia. Modernisasi ini juga penting untuk mendukung target pemerintah mencapai swasembada pangan dan mengamankan pasokan pupuk nasional dalam jangka panjang.
“Ke depan kami akan melakukan revitalisasi, karena pabrik-pabrik kami sudah tua. Kami sudah lama tidak melakukan pembangunan pabrik sejak tahun 2003,” tambah Rahmad.
Masalah Konsumsi Gas pada Pabrik Lama
Menurut Rahmad, dari total 15 pabrik urea yang dimiliki Pupuk Indonesia, delapan di antaranya telah beroperasi lebih dari 30 tahun. Kondisi ini menyebabkan rata-rata konsumsi gas untuk memproduksi 1 ton urea mencapai 28 MMBTU, lebih tinggi dibandingkan standar global yang berkisar 24–25 MMBTU. Bahkan, pada delapan pabrik tertua, konsumsi gas bisa mencapai 32,2 MMBTU per ton urea.
“Untuk urea saat ini rasio konsumsi energi kami tinggi sekali, rata-rata rasio konsumsi gas itu adalah 28 MMBTU per ton urea,” ujarnya.
Tujuan Revitalisasi
Revitalisasi menjadi langkah strategis untuk mengatasi tantangan pabrik tua yang tidak efisien. Melalui proyek Pusri IIIB dan modernisasi lainnya, konsumsi gas di seluruh grup Pupuk Indonesia ditargetkan dapat ditekan menjadi 25 MMBTU per ton urea pada 2035. Penurunan ini akan menghemat biaya produksi secara signifikan, memperbaiki margin keuntungan, sekaligus menjaga keterjangkauan harga pupuk bagi petani.
“Pak Prabowo menempatkan bahwa ketahanan pangan sebagai sebuah fundamental utama dan kami sangat bersemangat untuk bisa terus mendukung ketahanan pangan nasional,” ucap Rahmad.
Peran Pupuk Indonesia dalam Ketahanan Pangan
Pemerintah telah menetapkan ketahanan pangan sebagai prioritas dalam agenda pembangunan nasional. Dengan permintaan pupuk yang terus meningkat—mencapai lebih dari 9 juta ton per tahun untuk kebutuhan pertanian dalam negeri. Kehadiran Pusri IIIB diyakini dapat menjadi salah satu penopang utama kebijakan tersebut.
Pupuk Indonesia sendiri saat ini menguasai sekitar 90% pangsa pasar pupuk nasional dengan total kapasitas produksi urea mencapai lebih dari 8 juta ton per tahun. Dengan adanya Pusri IIIB, perusahaan berharap dapat semakin memperkuat posisinya dalam memenuhi kebutuhan petani dan mendukung visi pemerintah tentang swasembada pangan.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!