
Terungkap, Dua Otak Penculikan dan Pembunuhan Kepala Cabang Bank BUMN
Setelah sekian lama menjadi misteri, akhirnya terungkap identitas dua otak di balik kasus penculikan dan pembunuhan Kepala Cabang Bank BUMN, Ilham Pradipta. Dua tersangka utama yang ditetapkan oleh pihak berwajib adalah Dwi Hartono (DH) dan C alias Ken. Mereka dituduh sebagai dalang dari aksi kriminal yang mengakibatkan hilangnya nyawa Ilham.
Tujuan utama dari tindakan mereka adalah melakukan pembobolan rekening dormant. Rekening ini biasanya dinyatakan tidak aktif karena tidak ada aktivitas transaksi baik debit maupun kredit selama periode tertentu, biasanya antara 6 hingga 12 bulan. Jika tidak diaktifkan kembali, maka transaksi keluar tidak dapat dilakukan dan saldo bisa tergerus oleh biaya administrasi atau pajak.
Dalam kasus ini, DH dan C alias Ken bekerja sama dengan pelaku lain untuk mempermudah rencana mereka. Mereka menargetkan rekening dormant senilai Rp204 miliar. Peran DH dalam kasus ini sangat penting, terutama dalam tindakan pencucian uang. Ia diketahui sebagai pemilik bimbingan belajar yang bekerja sama dengan pelaku pembobol bank untuk membuka blokir rekening dan memindahkan dana yang terblokir.
Sementara itu, C alias Ken bertindak sebagai mastermind atau dalang dari seluruh rencana pembobolan. Ia pura-pura menjadi petugas Satgas Perampasan Aset yang menjalankan tugas negara secara rahasia. Rencana pembobolan tersebut dirancang sejak Juni 2025, dengan pertemuan awal antara C alias Ken dan kepala cabang bank BNI di Jawa Barat.
Peran DH dan C alias Ken dalam pembunuhan Ilham juga sangat signifikan. Ide pembunuhan terhadap Ilham muncul setelah C alias Ken bertemu dengan DH. Mereka membahas rencana memindahkan dana dari rekening dormant ke rekening penampungan. Namun, Ilham menolak tawaran tersebut.
Akibat penolakan itu, C dan DH merencanakan tindakan jahat, termasuk ancaman kekerasan dan pembunuhan. Pada 30 Juli 2025, mereka melakukan pertemuan untuk membahas opsi yang akan digunakan. Opsi pertama adalah pemaksaan dengan kekerasan, sementara opsi kedua melibatkan ancaman kekerasan yang berujung pada pembunuhan.
Pada 12 Agustus 2025, C dan DH sepakat untuk menggunakan opsi satu, yaitu pemaksaan dengan kekerasan. DH bertugas mencari eksekutor dan merancang pembunuhan dibantu oleh C alias Ken. Akhirnya, Ilham diculik pada 20 Agustus 2025 dan ditemukan meninggal dunia pada hari berikutnya.
Polisi telah menetapkan 15 tersangka dalam kasus ini, termasuk DH dan C alias Ken. Mereka dianggap sebagai otak dari seluruh tindakan kriminal yang merenggut nyawa Ilham. Kasus ini menunjukkan betapa kompleksnya operasi sindikat pembobol bank yang menargetkan rekening dormant. Dengan adanya pengungkapan ini, masyarakat diharapkan lebih waspada terhadap modus operandi seperti ini.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!