Investasi Industri Halal Tembus 5,8 Miliar Dolar, Indonesia Raih 1,6 Miliar Dolar

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Industri Halal Indonesia Menarik Minat Investasi Global

Industri halal di Indonesia semakin menjadi perhatian investasi global. Dalam periode 2023 hingga 2024, total investasi yang masuk ke sektor industri halal, termasuk keuangan syariah, mencapai 5,8 miliar dolar AS. Dari angka tersebut, Indonesia berhasil menarik investasi sebesar 1,6 miliar dolar AS.

Menteri Perindustrian (Menperin), Agus Gumiwang Kartasasmita, menyampaikan bahwa saat ini terdapat 140.944 perusahaan yang bergerak di bidang industri halal. Angka ini didominasi oleh sektor makanan halal dengan jumlah sebanyak 130.111 industri, diikuti oleh minuman halal sebanyak 10.383 industri, serta farmasi dan obat-obatan sebanyak 1.633 industri.

Kesadaran industri dan masyarakat akan pentingnya sertifikasi halal juga semakin meningkat. Sampai saat ini, jumlah produk yang telah tersertifikasi halal mencapai 584.522 produk dengan total 162.111 sertifikat halal. Hal ini menunjukkan peningkatan kesadaran terhadap perlunya sertifikasi sebagai bagian dari standarisasi industri.

Meskipun demikian, kinerja ekspor produk halal Indonesia masih tertinggal dibandingkan potensi pasar yang ada. Pada tahun 2023, ekspor ke negara-negara Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) hanya mencapai 12,33 miliar dolar AS. Angka ini membuat Indonesia berada di posisi ke-9 dalam daftar ekspor produk halal. Sementara itu, impor dari negara OKI pada periode yang sama justru lebih besar, yaitu sebesar 29,64 miliar dolar AS.

Perbedaan ini menunjukkan bahwa masih banyak pekerjaan rumah yang harus diselesaikan, terutama dalam memperkuat kapasitas produksi dalam negeri agar dapat mengurangi ketergantungan terhadap impor. Menteri Agus menekankan bahwa momentum ini harus dimanfaatkan dengan baik agar Indonesia bisa bangkit sebagai pusat industri halal dunia.

Potensi pasar halal global diyakini menjadi faktor pendorong minat investasi. Konsumsi umat Muslim di enam sektor ekonomi syariah mencapai 2,43 triliun dolar AS pada tahun 2023 dan diproyeksikan melonjak menjadi 3,36 triliun dolar AS pada tahun 2028. Di sisi lain, konsumsi rumah tangga Indonesia sendiri mencapai Rp 3.226,1 triliun pada semester II-2025, didorong oleh jumlah penduduk Muslim terbesar di dunia, yaitu 245,97 juta jiwa.

Berdasarkan laporan State of The Global Islamic Economy Report (SGIER) 2024/2025, Indonesia menempati peringkat ketiga ekosistem industri halal dunia, di bawah Malaysia dan Arab Saudi, tetapi di atas Uni Emirat Arab (UEA) dan Bahrain. Yang menarik, Indonesia mencatat kenaikan skor tertinggi dibanding tahun 2022, yaitu naik sebesar 19,8 poin, sedangkan Malaysia justru turun 28,1 poin.

Menurut Agus, capaian ini menunjukkan bahwa Indonesia mulai unggul di sektor strategis. Ia menjelaskan bahwa secara sektoral, Indonesia unggul dalam tiga sektor penting yang berkaitan dengan manufaktur. Pertama, modest fashion dengan skor 106,5 dan menempati peringkat pertama dunia. Kedua, sektor farmasi dan kosmetik halal di posisi kedua dengan skor 85,8. Ketiga, sektor makanan halal di peringkat keempat dengan skor 78,8.

Namun, ia juga mengakui bahwa pengembangan industri halal Indonesia masih menghadapi tantangan seperti ketersediaan bahan baku, proses sertifikasi IKM, riset dan inovasi yang terbatas, regulasi yang belum sepenuhnya terintegrasi, serta keterbatasan lembaga pemeriksa halal.

Untuk menghadapi tantangan tersebut, pemerintah telah menyiapkan arah kebijakan pengembangan industri halal yang fokus pada lima aspek utama: penguatan ekosistem halal dari hulu ke hilir, peningkatan daya saing melalui efisiensi dan inovasi, perluasan pasar domestik dan global, penguatan kerja sama antar pemangku kepentingan, serta pengembangan SDM kompeten.

Selain itu, pemerintah menargetkan dua tahapan pengembangan industri halal hingga tahun 2029. Tahap pertama adalah persiapan menyeluruh untuk memenuhi aspek kehalalan produk, sedangkan tahap kedua diarahkan pada penguatan daya saing, khususnya pada sektor makanan minuman serta industri tekstil, pakaian jadi, kulit, barang dari kulit, dan alas kaki.

Agus menyatakan bahwa dengan strategi yang tepat dan komprehensif, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadikan industri halal sebagai kekuatan ekonomi baru yang mampu bersaing di tingkat global. Momentum ini harus dimanfaatkan sebaik-baiknya.