
Langkah Trump Mengurangi Subsidi Energi Terbarukan
Pemerintahan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengumumkan rencana untuk membatalkan dana sebesar US$ 13 miliar atau setara dengan Rp 217,58 triliun (kurs Rp 16.710/US$). Dana ini sebelumnya dijanjikan oleh pemerintahan Joe Biden sebagai bentuk subsidi untuk pengembangan energi angin, surya, baterai, dan kendaraan listrik. Meski belum jelas secara pasti dana mana yang akan dibatalkan, kebijakan ini langsung menimbulkan pro dan kontra di kalangan masyarakat.
Menurut pernyataan resmi Departemen Energi AS, langkah ini dilakukan untuk mengembalikan uang rakyat kepada pembayar pajak. Pernyataan tersebut menyebut bahwa pemerintahan Trump berkomitmen pada pengembangan energi yang lebih terjangkau, andal, dan aman. Selain itu, kebijakan ini juga dianggap sebagai upaya untuk menjadi pengelola uang negara yang lebih bertanggung jawab.
Kritik dari Gubernur California
Langkah ini langsung mendapat kritik keras dari Gubernur California, Gavin Newsom. Ia menilai bahwa kebijakan ini membuat AS kehilangan kesempatan untuk menjadi pemimpin dalam pengembangan energi bersih. California, sebagai negara bagian terpadat di AS, memiliki target pengurangan emisi gas rumah kaca yang sangat ambisius. Newsom bahkan menyampaikan komentarnya dengan nada mengkritik terhadap Presiden Tiongkok, Xi Jinping, yang ia anggap akan merayakan kebijakan Trump dengan penuh kegembiraan.
Dalam sebuah acara diskusi tentang perubahan iklim, Newsom menyampaikan bahwa ia tidak tahu apa yang bisa dilakukan Xi Jinping selain memberi pelukan hangat kepada Trump. Hal ini menunjukkan ketidakpuasan terhadap kebijakan yang diambil oleh pemerintahan Trump terkait isu lingkungan.
Penolakan terhadap Inisiatif Lingkungan Global
Trump sebelumnya menyampaikan sikap skeptis terhadap inisiatif lingkungan global dalam pidatonya di Sidang Umum PBB. Dalam pidato tersebut, ia menyebut perubahan iklim sebagai “penipuan terbesar di dunia”, yang memperkuat pandangan bahwa pemerintahan Trump tidak sepenuhnya mendukung upaya internasional untuk mengurangi dampak perubahan iklim.
Sejak kembali menjabat pada Januari lalu, Trump telah mendorong peningkatan produksi minyak dan gas, yang saat ini mencapai rekor tertinggi. Di sisi lain, ia juga memangkas subsidi untuk energi terbarukan dan kendaraan listrik. Hal ini menunjukkan fokus pemerintahan Trump pada sektor energi konvensional, meskipun ada tekanan dari berbagai pihak untuk tetap melanjutkan investasi dalam energi bersih.
Pengaruh terhadap Lapangan Kerja di Sektor Energi Bersih
Laporan dari kelompok advokasi lingkungan E2 menunjukkan bahwa lapangan kerja di sektor energi bersih seperti tenaga surya, angin, dan industri terkait lainnya tumbuh tiga kali lebih cepat dibandingkan tenaga kerja AS secara keseluruhan pada 2024. Namun, laporan ini juga memperingatkan bahwa banyak pekerjaan bisa hilang jika upaya Trump menghentikan pengembangan energi terbarukan terus berlanjut.
Menteri Energi Chris Wright juga menyampaikan bahwa ia tidak memiliki rencana untuk menghadiri pertemuan iklim PBB di Brasil pada November mendatang. Meski begitu, ia menegaskan bahwa dirinya siap berdiskusi dengan orang-orang yang memiliki pandangan berbeda, sehingga partisipasi di Brasil masih mungkin terjadi. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintahan Trump masih membuka ruang untuk dialog, meskipun secara umum mereka tidak sepenuhnya mendukung agenda lingkungan global.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!