Bitcoin Turun 4,79% Pasca Pemangkasan Suku Bunga, Ini Prediksi Akhir 2025!

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Penurunan Suku Bunga The Fed dan Dampaknya pada Harga Bitcoin

Pada rapat Federal Open Market Committee (FOMC) yang diadakan pada 7 September 2025, Bank Sentral Amerika Serikat (AS), Federal Reserve (The Fed), resmi menurunkan suku bunga acuan federal funds rate sebesar 25 basis poin (0,25%) menjadi kisaran 4%–4,25%. Langkah ini dilakukan sebagai bagian dari kebijakan moneter yang bertujuan untuk mengelola risiko ekonomi. Namun, setelah pengumuman tersebut, harga Bitcoin terus menunjukkan tren pelemahan.

Mengutip data dari Coinmarketcap pada hari Kamis (25/9/2025) pukul 16.53 WIB, harga Bitcoin terkoreksi sebesar 4,79% ke level US$ 111.701,17. Penurunan ini disebabkan oleh berbagai faktor, baik teknikal maupun fundamental.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pelemahan Harga Bitcoin

Analis Tokocrypto, Fyqieh Fachrur menjelaskan bahwa penurunan harga Bitcoin dipengaruhi oleh kombinasi beberapa faktor. Salah satu penyebab utama adalah gelombang likuidasi posisi leverage di pasar derivatif, yang mencapai miliaran dolar AS. Hal ini terjadi karena harga Bitcoin gagal bergerak naik sesuai ekspektasi setelah pengumuman suku bunga.

Selain itu, aksi ambil untung dari investor yang sudah dalam posisi untung sebelum pengumuman juga turut memperburuk tekanan jual. Dari sisi kebijakan, pasar merasa kecewa dengan sinyal hawkish dari The Fed. Pemangkasan suku bunga kali ini dianggap lebih sebagai langkah "manajemen risiko" daripada awal siklus pelonggaran agresif, sehingga ekspektasi kenaikan harga aset berisiko seperti kripto tidak langsung terealisasi.

Kondisi Makro Global dan Peran Suku Bunga

Faktor makro global juga turut memengaruhi. Kekhawatiran inflasi, ketidakpastian ekonomi, serta fluktuasi nilai dolar AS masih menjadi hambatan bagi aliran modal masuk ke aset berisiko. Meskipun suku bunga acuan tetap relatif tinggi di kisaran 4%–4,25%, aset aman seperti obligasi US Treasury tetap menarik dibanding kripto yang volatil.

Dari sisi teknikal, kegagalan Bitcoin mempertahankan level support penting semakin memicu aksi jual lanjutan, termasuk short-selling dari trader yang melihat peluang turun. Pada 23 September 2025, ETF Bitcoin (spot) mencatat total outflow sekitar US$ 103,61 juta. Dalam hari yang sama, sebagian besar produk pencatat aliran negatif, Fidelity’s FBTC memimpin dengan US$ 75,56 juta keluar.

Prediksi dan Kemungkinan Pergerakan Harga Bitcoin

Fyqieh menyatakan bahwa penurunan ini bukanlah tanda bahwa pemangkasan suku bunga gagal mendukung pasar kripto. Melainkan cerminan betapa sensitifnya Bitcoin terhadap ekspektasi, sentimen jangka pendek, dan likuiditas pasar. Pergerakan harga Bitcoin selanjutnya akan sangat dipengaruhi oleh data makro AS, panduan kebijakan Fed berikutnya, serta sejauh mana aliran modal institusional masuk ke instrumen kripto dalam beberapa bulan ke depan.

Jika The Fed melakukan pemangkasan lebih lanjut dan investor institusional terus masuk, harga Bitcoin bisa bergerak menuju US$135.000 - US$145.000 pada akhir tahun 2025.

Perspektif Analis Lain

Analyst Reku, Fahmi Almuttaqin menambahkan bahwa likuiditas jangka pendek sempat mengalir deras ke aset risk-on, termasuk Bitcoin dan altcoin. Sehingga ketika keputusan akhir pemangkasan suku bunga The Fed keluar, sebagian investor justru melakukan aksi profit taking.

Indikator SOPR (Spent Output Profit Ratio) mengindikasikan bahwa aksi profit taking memang terjadi, namun saat ini berada pada level yang relatif normal, sehingga tekanan jual jangka pendek mungkin akan cukup minim. Namun, kekhawatiran investor terhadap risiko lonjakan inflasi meningkat akibat pelemahan sektor tenaga kerja AS.

Menurut Fahmi, Bitcoin masih berpeluang kembali mencetak new all time high. Namun, skenario downside tetap ada, seperti terjadinya shutdown pemerintah AS yang dapat memicu tekanan arus kas jangka pendek serta pemangkasan lapangan pekerjaan dalam skala besar. Potensi lonjakan inflasi atau mulai menguatnya dolar juga dapat memicu berkembangnya sentimen negatif dengan risiko koreksi Bitcoin ke bawah US$ 100.000.