Bunga Deposito Valas Bank Himbara Naik, Pengamat Waspadai Risiko

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Penyesuaian Bunga Deposito Valas oleh Empat Bank Pelat Merah

Pada 5 November 2025, empat bank pelat merah di Indonesia akan menaikkan bunga deposito valas secara seragam sebesar 4%. Penyesuaian ini dilakukan dengan tenor di bawah 12 bulan. Langkah ini menimbulkan beberapa risiko yang perlu diperhatikan oleh sektor perbankan.

Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk, Riduan, menyatakan bahwa kebijakan peningkatan bunga tersebut sejalan dengan arahan pemerintah untuk menjaga stabilitas nilai tukar serta memperkuat daya saing industri perbankan nasional. "Kami berperan sebagai mitra strategis pemerintah dalam memperkuat stabilitas nilai tukar dan menjaga kesinambungan pertumbuhan ekonomi nasional," ujar Riduan dalam keterangan tertulisnya.

Namun, kenaikan bunga deposito valas ini cukup signifikan dibandingkan imbal hasil yang sebelumnya ditawarkan. Sebelumnya, bunga deposito valas dari empat bank pelat merah tidak melebihi 2%. Dengan peningkatan ini, deposito valas yang disimpan di bank-bank pelat merah berpotensi tidak dijamin oleh Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), mengingat Tingkat Bunga Penjaminan (TBP) dari LPS hanya sekitar 2%.

Ekonom PT Bejana Investidata Globalindo, Yanuar Rizky, menyatakan bahwa risiko ini tidak diukur dalam instrumen kebijakan. Menurutnya, kenaikan bunga ini justru menjadi beban bagi bank dalam hal beban bunga. Terlebih jika bank tidak mampu menggunakan deposito valas tersebut untuk disalurkan sebagai kredit, sehingga pendapatan bunga yang didapat menjadi lebih sedikit.

Di sisi lain, kenaikan bunga deposito valas menjadi 4% juga tidak menjamin apakah orang akan menempatkan dolar mereka di bank dalam negeri. Alasannya, perbankan luar bisa menawarkan bunga untuk simpanan hingga 4,25%. "Menurut saya, masih kalah sih sama di luar, tapi mungkin kebijakan ini untuk mencegah yang belum ke luar dan tidak ikut-ikutan ke luar," ujar Yanuar.

Sementara itu, Pakar Ekonom Ferry Latuhihin mengungkapkan bahwa bunga tinggi untuk simpanan valas ini memicu orang untuk membeli dolar AS. Akibatnya, nilai tukar rupiah bisa semakin melemah. Mengutip data Bloomberg, nilai tukar rupiah terhadap dolar AS pada Kamis (25/9/2025) ditutup melemah di level Rp 16.749 per dollar AS. Dalam sebulan terakhir, rupiah telah melemah sekitar 3,01% atau senilai Rp 16.259 per dolar AS.

Ferry memprediksi bahwa dolar bisa mencapai Rp 18.000 di akhir tahun. Ia juga menyampaikan hal yang sama dengan Yanuar, yaitu adanya risiko di mana bank akan semakin terbebani oleh biaya dana. Bahkan, ia ragu apakah akan ada debitur yang membutuhkan kredit di kondisi ekonomi saat ini.

Menurut Ferry, upaya Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa untuk menarik dana-dana yang diparkir di luar negeri akan sulit berhasil dengan insentif apa pun. Kecuali, insentif yang diberikan adalah peluang untuk berinvestasi di Indonesia. "Untuk apa uang ditarik masuk kalau tidak ada peluang," tegasnya.

Seperti diketahui, saat ini Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa memang berencana menarik uang-uang dolar yang dimiliki orang Indonesia untuk ditempatkan di dalam negeri. Ia pun sempat menyebutkan akan memberikan insentif untuk memuluskan rencana tersebut.