
Pertumbuhan Ekonomi Surabaya yang Tidak Terduga
Hingga triwulan II tahun 2025, ekonomi Surabaya tumbuh sebesar 5,24 persen. Angka ini lebih tinggi dibandingkan rata-rata pertumbuhan ekonomi Provinsi Jawa Timur maupun nasional. Yang menarik adalah, pertumbuhan ekonomi ini tidak berasal dari pusat perbelanjaan besar atau mall milik konglomerat, melainkan dari pasar tradisional. Bagaimana hal ini bisa terjadi?
Pemkot Surabaya menyebutkan bahwa pasar tradisional bukan hanya sebagai tempat transaksi dan perdagangan, tetapi juga menjadi penggerak utama dalam pertumbuhan ekonomi kota. Pasar tradisional memiliki peran penting dalam mendukung usaha kecil dan menengah (UMKM) mikro yang menjadi fondasi perekonomian Surabaya.
Pengelolaan Pasar Tradisional di Surabaya
Kepala Bagian Perekonomian dan Sumber Daya Alam (SDA) Kota Surabaya, Vykka Anggradevi Kusuma, menjelaskan bahwa pengelolaan pasar tradisional terbagi menjadi dua bagian. Sebagian dikelola oleh PD Pasar Surya, sementara sisanya dikelola oleh Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, dan Perdagangan (Dinkopumdag).
“PD Pasar Surya merupakan salah satu BUMD yang dimiliki oleh Pemkot Surabaya, sehingga berada di bawah pembinaan kami,” ujar Vykka. Ia menekankan bahwa pengelolaan pasar tradisional tidak hanya fokus pada peningkatan pendapatan asli daerah (PAD), tetapi juga mendorong perekonomian masyarakat.
Peran Pasar dan Sektor Wisata
Menurut Vykka, pertumbuhan ekonomi Surabaya pada triwulan II telah mencapai 5,24 persen. Meskipun pasar tradisional menjadi penggerak utama, ia memastikan bahwa penguatan ekonomi ke depan akan dilakukan dengan menggandeng sektor wisata.
“Kami akan fokus pada pertumbuhan ekonomi selain pasar tradisional, yaitu di bidang wisata,” tambahnya. Saat ini, sebanyak 13 pasar tradisional sedang mengalami revitalisasi. Revitalisasi ini akan dilanjutkan secara bertahap pada tahun mendatang.
Revitalisasi Pasar Tradisional
Salah satu pasar yang direvitalisasi adalah Pasar Keputran Selatan. Nantinya, pasar ini akan dibangun baru dan khusus untuk menjual ayam. Tujuannya adalah agar perekonomian di sekitar pasar dapat berjalan lebih baik.
Selain itu, revitalisasi juga akan menyasar pasar-pasar strategis seperti Pasar Blauran dan Pasar Tunjungan. Konsep baru yang diterapkan adalah mengubah PD Pasar menjadi Perseroda. Dengan konsep ini, PD Pasar akan lebih mirip dengan PT dan bisa bekerja sama dengan investor.
Pengelolaan Pasar oleh Dinkopumdag
Kepala Dinas Koperasi, Usaha Kecil Menengah, dan Perdagangan (Dinkopumdag) Kota Surabaya, Febrina Kusumawati, menjelaskan bahwa pihaknya saat ini mengelola 13 pasar tradisional. Di antaranya adalah Pasar Nambangan, Pasar Sememi, Pasar Gunung Anyar, hingga Pasar Dukuh Menanggal.
Febri juga menyampaikan bahwa ada beberapa pasar tradisional yang dikelola oleh swasta maupun Lembaga Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (LPMK). Untuk menghidupkan aktivitas pasar, Dinkopumdag rutin menggelar kegiatan kolaboratif seperti pasar murah.
Tantangan Pasar Tradisional
Tantangan terbesar yang dihadapi pasar tradisional adalah meningkatkan kenyamanan pembeli dan pedagang. Febri menekankan bahwa fokus utama adalah membuat para pembeli dan pedagang merasa nyaman di pasar.
“Kami melakukan pendekatan komunikasi dengan para pedagang untuk memastikan mereka betah di pasar,” jelasnya.
Pengelolaan Pasar oleh PD Pasar Surya
Direktur Utama PD Pasar Surya Surabaya, Agus Priyo, menyebutkan bahwa pihaknya mengelola 64 pasar aktif dengan sekitar 12.000 pedagang. Dari jumlah tersebut, 10-15 pasar dalam kondisi baik, sementara sekitar 20 pasar masih membutuhkan perhatian lebih.
Agus menjelaskan bahwa pasar-pasar besar seperti Pasar Tambahrejo, Pasar Kapasan, Pasar Genteng, dan Pasar Wonokromo memiliki perputaran ekonomi yang sangat bagus. Namun, pasar-pasar yang sedang-sedang perlu ditingkatkan lagi.
Kekhasan Pasar Tradisional
Beberapa pasar tradisional yang dikelola PD Pasar Surya memiliki kekhasan tematik. Contohnya adalah Pasar Bunga Kayoon yang menjadi destinasi wisatawan asing, Pasar Blauran yang terkenal dengan kare dan bubur Madura, serta Pasar Pabean yang menjual ikan segar.
Tantangan Menghadapi Ritel Modern
Agus mengakui tantangan terbesar dalam mengelola pasar tradisional adalah menciptakan kenyamanan pembeli di tengah gempuran ritel modern. Ia menegaskan bahwa revitalisasi menjadi langkah kunci untuk meningkatkan kualitas pasar.
“Revitalisasi akan dilakukan secara bertahap. Pasar Keputran Selatan akan direvitalisasi menjadi bangunan baru, sedangkan Pasar Kembang akan menjadi lebih bersih setelah direvitalisasi,” jelasnya.
Pihaknya berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas pengelolaan pasar. Harapan mereka adalah pasar menjadi lebih baik, pelayanan lebih bagus, dan sarana prasarana meningkat. Dengan begitu, kenyamanan pedagang dan pengunjung bisa tercapai, sehingga ekonomi kota Surabaya semakin berkembang.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!