
Tren Melemahnya Rupiah dan Peluang Investasi Valas
Kurs rupiah saat ini sedang mengalami tekanan yang signifikan, baik terhadap dolar Amerika Serikat (AS) maupun mata uang lainnya. Hal ini membuat tren negatif pergerakan rupiah sangat mungkin berlanjut dalam waktu dekat. Investor pun dapat memanfaatkan momentum ini untuk melakukan investasi pada instrumen valas.
Dalam beberapa hari terakhir, kurs rupiah di pasar spot mengalami pelemahan sebesar 0,82% dibandingkan posisi minggu lalu. Pada Jumat (26/9), rupiah melemah ke level Rp 16.738 per dolar AS, meskipun sempat menguat 0,07% pada hari itu. Kondisi ini menunjukkan bahwa rupiah masih dalam tekanan, terutama dari faktor eksternal dan internal.
Mata Uang Singapura sebagai Pilihan Investasi
Salah satu mata uang yang menjadi pilihan bagi investor adalah dolar Singapura (SGD). Pengamat mata uang, Ibrahim Assuaibi, menyatakan bahwa SGD memiliki potensi penguatan terhadap rupiah. Selain itu, SGD juga memiliki likuiditas yang cukup baik, terutama karena perdagangan ekspor dan impor antara Indonesia dan Singapura sering kali menggunakan SGD sebagai alat transaksi.
Berdasarkan data Bank Indonesia (BI), pada Jumat (26/9), SGD berada di kisaran Rp 12.929,13 (kurs beli) hingga Rp 13.064,14 (kurs jual). Dengan kondisi rupiah yang terus melemah, peluang penguatan SGD terhadap rupiah semakin terbuka. Jika rupiah mencapai level Rp 17.000 atau bahkan Rp 18.000 per dolar AS, nilai tukar SGD bisa meningkat hingga Rp 15.000.
Selain itu, tren wisatawan Singapura yang datang ke Indonesia juga turut mendukung permintaan terhadap SGD. Mereka memanfaatkan kondisi rupiah yang melemah untuk berbelanja dan berwisata di Indonesia.
Pilihan Valas Lain yang Menjanjikan
Selain SGD, analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, menilai bahwa euro (EUR) dan franc Swiss (CHF) juga menjadi pilihan menarik untuk investasi valas. CHF khususnya dianggap sebagai "safe haven" di tengah ketidakpastian ekonomi global akibat kebijakan tarif Presiden AS, Donald Trump.
Di sisi lain, Bank Sentral Eropa (ECB) diperkirakan akan meningkatkan suku bunga acuan pada tahun depan, sementara The Fed sedang menjalani siklus pemangkasan suku bunga. Hal ini membuat CHF semakin diminati oleh para investor.
Lukman juga menekankan bahwa investor perlu mempertimbangkan beberapa faktor sebelum memilih mata uang untuk investasi valas. Faktor-faktor tersebut termasuk apakah mata uang tersebut merupakan "safe haven", tingkat likuiditas, prospek pertumbuhan ekonomi, serta tingkat suku bunga.
Kondisi Rupiah dan Prediksi Ke depan
Meski ada tekanan dari berbagai aspek, Lukman memperkirakan bahwa rupiah akan tetap berada di atas level Rp 16.000 per dolar AS dalam setahun ke depan. Namun, ia mengakui bahwa rupiah masih terpengaruh oleh faktor domestik, seperti kebijakan-kebijakan pemerintah yang belum sepenuhnya stabil.
Investasi valas tetap menjadi pilihan yang menarik, terutama jika investor mampu memahami dinamika pasar dan memilih mata uang yang sesuai dengan strategi investasi mereka. Dengan kondisi rupiah yang terus melemah, peluang untuk mendapatkan keuntungan melalui valas semakin terbuka.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!