
Kemiri sebagai Solusi Rehabilitasi Lahan dan Sumber Ekonomi
Di tengah upaya pemerintah daerah dalam mengatasi lahan kritis, tanaman kemiri mulai menunjukkan potensi besar sebagai solusi yang efektif. Di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), kemiri tidak hanya dianggap sebagai tanaman ekonomi, tetapi juga menjadi bagian dari strategi rehabilitasi lingkungan yang berkelanjutan.
Kemiri memiliki peran penting dalam memperbaiki tata air dan membantu proses rehabilitasi lahan. Dengan adanya tanaman ini, masyarakat dapat merasakan manfaat langsung baik secara ekologis maupun ekonomi. Menurut Burhan, Kepala Bidang Kehutanan DLHK Provinsi NTB, kemiri bukan hanya bernilai jual dari buahnya, tetapi juga mampu menjaga ketersediaan air.
“Kemiri bukan hanya buahnya yang punya nilai jual, tetapi juga sebagai tanaman penghasil air. Kalau sudah ada kemiri, insya Allah ada air,” ujarnya.
Pemanfaatan Lahan Kritis dengan Kemiri
Di wilayah Parado, Kabupaten Bima, sekitar 600 hektare lahan telah ditanami kemiri. Hasilnya sangat menjanjikan, terutama bagi kelompok tani setempat. Salah satu kelompok tani mampu menghasilkan 1,3 ton kemiri dari 150 pohon di lahan seluas 2 hektare. Nilai yang diperoleh mencapai sekitar Rp13 juta per musim panen.
Masyarakat di sana mulai menanam kemiri secara mandiri, tanpa perlu diperintah. Mereka sudah memahami bahwa kemiri memiliki nilai jual yang cukup bagus.
Harga kemiri saat ini mencapai Rp10 ribu per kilogram. Tanaman ini bisa dipanen setelah empat tahun dan memiliki periode panen selama empat bulan. Artinya, masyarakat dapat melakukan panen berkali-kali dalam satu musim.
Distribusi Bibit dan Partisipasi Petani
Sebagian besar bibit kemiri disediakan secara gratis oleh Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai (BPDAS). Namun, ada juga petani yang membeli sendiri sesuai dengan kemampuan mereka. Jika masyarakat sudah memahami manfaat kemiri, mereka akan dengan sendirinya menanamnya di lahan kritis.
“Ada yang gratis, ada yang beli sendiri, tergantung bagaimana mereka sudah paham,” tambah Burhan.
Potensi Ekspor dan Pembangunan Berkelanjutan
Pemprov NTB melihat kemiri sebagai model rehabilitasi yang berbasis masyarakat. Selain menjaga lingkungan, strategi ini juga membuka peluang ekspor yang bisa meningkatkan pendapatan petani. Dengan partisipasi aktif masyarakat, proses rehabilitasi bisa lebih cepat dan efektif.
“Sekarang konsepnya gini, kalau dikerjakan pemerintah sendiri mungkin bertahun-tahun. Tetapi kalau bisa merubah mindset masyarakat, ya mungkin 5 tahun bisa segera. Karena yang kita butuhkan itu kan mindset pengelola ini. Sekarang pengelolanya kan masyarakat banyak yang sudah melakukan pengelolaan,” ujarnya.
Manfaat Jangka Panjang
Dengan penanaman kemiri, masyarakat tidak hanya mendapatkan keuntungan ekonomi, tetapi juga ikut berkontribusi dalam menjaga keseimbangan ekosistem. Proses ini memberikan dampak positif jangka panjang, termasuk peningkatan kualitas tanah dan ketersediaan air.
Selain itu, kemiri juga menjadi alternatif penghidupan yang stabil, terutama bagi petani kecil. Dengan harga yang relatif stabil dan masa panen yang cukup lama, tanaman ini bisa menjadi investasi jangka panjang.
Kesimpulan
Tanaman kemiri telah membuktikan dirinya sebagai solusi yang efektif untuk rehabilitasi lahan kritis sekaligus sumber ekonomi yang berkelanjutan. Dengan dukungan pemerintah dan partisipasi aktif masyarakat, keberlanjutan lingkungan dan peningkatan kesejahteraan ekonomi bisa tercapai secara bersamaan. Ini menjadi contoh nyata bagaimana kebijakan yang tepat dan kesadaran masyarakat dapat saling mendukung dalam menciptakan masa depan yang lebih baik.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!