
SMAN 6 Bogor Mengeluarkan Tujuh Siswa, Orang Tua Mengaku Diminta Uang
Sebanyak tujuh siswa dikeluarkan dari SMAN 6 Kota Bogor meskipun telah mengikuti kegiatan belajar mengajar selama satu hingga tiga minggu. Kasus ini menarik perhatian publik setelah diunggah oleh akun Instagram milik politikus PSI, yaitu Ronald Aristone Sinaga atau Bro Ron. Postingan tersebut memicu diskusi luas terkait proses penerimaan siswa dan kebijakan sekolah.
Menurut keterangan seorang wali murid, anaknya sudah diterima di SMAN 6 Bogor pada 2 Juli 2025. Namun, beberapa waktu kemudian, anaknya dikeluarkan dengan alasan kelas penuh. Dalam pesannya, wali murid tersebut menjelaskan bahwa ia memindahkan anaknya dari SMA Negeri di Kabupaten Bogor ke SMAN 6 Bogor karena pindah rumah. Ia juga menyebut bahwa saat proses perpindahan, pihak sekolah meminta uang senilai Rp 5 juta sebagai biaya pembelian kursi.
“Waktu proses perpindahan ke SMAN 6 Bogor kemarin kami juga dimintai uang senilai Rp 5 Juta, katanya untuk beli kursi,” ujarnya.
Penyangkalan dari Kepala Sekolah
Kepala Sekolah SMAN 6 Bogor, Denty Dentriaji, memberikan respons terhadap tuduhan tersebut. Ia membantah adanya pungutan uang sebesar Rp 5 juta kepada orang tua siswa. Menurutnya, keputusan yang diambil adalah murni karena keterbatasan daya tampung kelas yang melebihi aturan maksimal, yaitu 36 siswa per kelas.
“Iya (kami membantah tuduhan menerima Rp 5 juta tersebut). Harapan kami kalau misal seperti itu satu kelas itu 36, ternyata tidak bisa karena maksimal 36,” kata Denty.
Ia menegaskan bahwa keputusan ini tidak memiliki niat komersial. “Karena dari awal kami nggak ada niat komersial. Niatnya bantu lillahita'ala. Ini dunia pendidikan, jangan sampai putus sekolah,” ujarnya.
Denty menjelaskan bahwa sebelumnya, sekolah sempat menerima hingga 50 siswa per kelas. Namun, aturan administrasi sekolah membatasi jumlah siswa per kelas hanya 36. “Peraturan satu kelas tidak boleh lebih dari 36. Dan kalau tidak terdaftar di Dapodik celaka. Saya lebih baik (memberitahu) pahit dari awal,” tambahnya.
Upaya Solusi dari Pihak Sekolah
Denty mengaku tidak lepas tangan atas masalah ini. Ia bahkan datang langsung ke rumah orang tua siswa untuk menjelaskan alasannya dan menawarkan solusi. “Saya datang langsung ke rumah orangtua murid untuk menjelaskan alasannya. Saya sampaikan apa adanya. Orangtua murid menerima, 'yuk sok sekarang mau sekolah di mana, saya bantu. Ini solusi dari pihak sekolah,'” ujarnya.
Menurut Denty, sebagian besar orang tua memahami kondisi tersebut. Hingga saat ini, empat siswa berhasil dipindahkan ke sekolah negeri lain. “Saya bantu masuk sekolah lain, jadi saya pindahin ke SMA 10 dua orang, ya sudah sekolah di situ terus. Sudah empat orang yang saya bantu untuk masuk sekolah lain,” jelasnya.
Penelusuran dari Kantor Cabang Dinas Pendidikan
Menurut laporan dari Kompas.com, Kantor Cabang Dinas (KCD) Pendidikan Wilayah II Jawa Barat sedang menelusuri kasus ini. Staf KCD Wilayah II, Dayat, mengatakan bahwa pihaknya baru mengetahui kasus ini melalui pemberitaan media.
“Kami masih telusuri, Kami juga butuh data dari SMA 6-nya. Baru pagi ini nih, baru pada klarifikasi ke sekolah. Jadi belum ada hasilnya,” ujar Dayat.
Dia menegaskan bahwa jika ada siswa pindahan, mutasi tersebut seharusnya dilaporkan ke Dinas Pendidikan. Namun, hingga September 2025, pihaknya belum menerima data resmi terkait perpindahan siswa ke SMAN 6 Bogor. “Kalau memang ada perihal mutasi siswa ya, ketika persyaratannya sudah dipenuhi pasti ke kita. Tapi sejauh ini, di bulan Juli sampai September itu belum ada laporan ke kami,” tambahnya.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!