Mengenal Job Hugging, Tren Pekerja di Tengah Ketidakpastian Ekonomi

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Apa Itu Tren Job Hugging dan Mengapa Menjadi Perhatian di Era Ekonomi yang Tidak Pasti?

Dalam situasi ekonomi yang penuh ketidakpastian, banyak orang mulai mempertimbangkan kembali keputusan mereka dalam menjalani karier. Bunda mungkin merasa khawatir terhadap masa depan pekerjaan, tetapi tetap berusaha bertahan di posisi saat ini. Fenomena ini dikenal dengan istilah job hugging, sebuah tren yang menunjukkan pergeseran dari ambisi karier ke arah menjaga keamanan kerja.

Tren job hugging terjadi ketika pekerja lebih memilih untuk tetap berada di posisi yang ada daripada mencari peluang baru. Hal ini disebabkan oleh berbagai faktor seperti pasar tenaga kerja yang melemah, persaingan yang semakin ketat, serta kebijakan fiskal yang memberatkan perusahaan. Dalam situasi seperti ini, rasa aman menjadi prioritas utama bagi banyak orang.

Faktor Pendorong Tren Job Hugging

Beberapa kondisi ekonomi yang memengaruhi tren ini antara lain:

  • Kenaikan biaya hidup yang membuat kebutuhan akan penghasilan stabil semakin penting.
  • Kurangnya peluang kerja, sehingga para pekerja enggan mengambil risiko untuk berpindah.
  • Inflasi yang menggerus daya beli dan membuat upah riil tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Di Inggris, tren ini semakin jelas terlihat setelah penurunan signifikan pada pasar tenaga kerja. Data dari platform HR Employment Hero menunjukkan bahwa sejak Desember 2024, tingkat ketenagakerjaan mengalami penurunan sebesar 0,9 persen dibanding bulan sebelumnya. Situasi ini sangat aneh karena biasanya menjelang Natal, sektor ritel dan perhotelan biasanya meningkatkan perekrutan.

Pekerja Lebih Mementingkan Keamanan Daripada Ambisi

Survei yang dilakukan Employment Hero menemukan bahwa 55 persen karyawan kini lebih mementingkan keamanan kerja daripada mengejar ambisi karier. Angka ini bahkan lebih tinggi di kalangan pekerja muda usia 18 sampai 34 tahun, dengan 65 persen mengaku memilih bertahan di pekerjaan mereka saat ini.

Kevin Fitzgerald, Managing Director Employment Hero di Inggris, menjelaskan bahwa fenomena ini terjadi karena pekerja ingin "bertahan dari badai" ekonomi. Kebijakan kenaikan pajak bisnis dan kontribusi asuransi nasional turut memicu ketidakpercayaan di kalangan pekerja maupun pengusaha.

Dilema Pekerja Saat Tren Job Hugging Muncul

Nina Skero, ekonom sekaligus CEO Centre for Economics and Business Research (Cebr), menyatakan bahwa para pekerja kini berada dalam posisi sulit. Di satu sisi, pertumbuhan upah masih berjalan, tetapi di sisi lain, inflasi terus mengikis nilai pendapatan mereka.

Fenomena job hugging juga terlihat dari semakin rendahnya tingkat turnover karyawan di beberapa sektor. Contohnya, bank Lloyds baru-baru ini mengumumkan fokus pada budaya kerja berperforma tinggi untuk meningkatkan produktivitas. Hal ini dilakukan karena karyawan cenderung bertahan lebih lama di perusahaan, menandakan penurunan mobilitas tenaga kerja.

Tren Job Hugging Terjadi di Berbagai Negara

Meski penelitian terbaru banyak menyoroti Inggris, fenomena job hugging sesungguhnya terjadi di berbagai negara. Setelah pandemi COVID-19, banyak pekerja menyadari pentingnya stabilitas kerja di tengah ketidakpastian ekonomi dan geopolitik.

Perusahaan perlu memahami tren ini karena meskipun turnover rendah bisa terlihat positif, namun juga berisiko memunculkan stagnasi apabila karyawan terlalu 'nyaman' dan enggan berkembang.

Kesimpulan

Secara keseluruhan, job hugging mencerminkan dilema besar antara ambisi pribadi dan rasa aman ekonomi. Tren ini diperkirakan akan terus mewarnai dinamika pasar kerja, terutama jika kondisi global belum sepenuhnya pulih. Bagi pekerja, tantangannya adalah menemukan keseimbangan antara kebutuhan akan stabilitas dengan peluang pengembangan karier. Sementara bagi perusahaan dan pemerintah, penting untuk menciptakan iklim kerja yang tidak hanya aman, namun juga memberi ruang bagi pertumbuhan dan inovasi.