Perubahan Pandangan Nanda: Dari Perhiasan ke Tabungan Emas
Nanda, seorang ibu rumah tangga di Kabupaten Ponorogo, Jawa Timur, kini memiliki pandangan yang berbeda terhadap emas. Dulu, ia menganggap perhiasan sebagai bentuk tabungan yang paling aman. Namun, setelah mengenal tabungan emas Pegadaian, perasaannya berubah. Ia merasa lebih aman dan nyaman dalam menabung emas.
Saat ditemui di Kantor Pegadaian Ponorogo, Nanda menjelaskan bahwa pengalaman menggadai emas perhiasannya beberapa kali membuatnya sadar bahwa emas bukan hanya sekadar hiasan. Dengan sistem gadai emas yang praktis, ia merasa bisa mendapatkan untung dibandingkan meminjam uang di bank. Bunga yang kecil memungkinkannya untuk tebus kembali dalam waktu beberapa bulan.
Pengalaman tersebut membuka mata Nanda bahwa emas adalah aset yang selalu bisa diandalkan. Kini, ia lebih memilih rutin menyisihkan uang belanja untuk tabungan emas. Misalnya, ia menargetkan 1 gram emas dalam satu tahun dengan menyisihkan Rp 100.000 per bulan. Uang yang digunakan berasal dari sisa belanjaan koin Rp 1.000.
Cara Unik Menyisihkan Uang Koin
Untuk setoran tabungan emas, Nanda memiliki cara unik. Ia menyediakan kaleng di dapur rumahnya. Setiap ada uang kembalian belanja dari pasar berupa uang receh, ia masukkan ke dalam kaleng. Di akhir bulan, uang receh itu ditabung sebagai tabungan emas.
Menurut Nanda, cara ini tidak terasa berat karena uang koin yang disisihkan bisa mencapai setoran dua atau tiga bulan. Ia mulai demam mengumpulkan uang koin setelah melihat harga emas yang terus naik setiap tahun. Bahkan, kenaikan harga emas jauh lebih tinggi dibandingkan kenaikan tanah.
Nanda juga mengaku bahwa meskipun harga emas semakin tinggi, kemudahan sistem yang ditawarkan oleh Pegadaian membuatnya mudah membeli emas. Dengan cara mudah yang ditawarkan, ia bisa membeli emas dari uang receh sisa belanja harian.
Minat Masyarakat Ponorogo Terhadap Investasi Emas Meningkat
Fenomena peralihan dari perhiasan ke tabungan emas tidak hanya dialami Nanda. Pegadaian mencatat bahwa minat masyarakat Ponorogo terhadap investasi emas terus meningkat. Nanta, pegawai Pegadaian Ponorogo, menjelaskan bahwa kenaikan harga emas yang signifikan membuat masyarakat semakin tertarik membeli emas.
Sejak Januari hingga September 2025, harga emas naik sebesar 35,5 persen. Tahun lalu, kenaikannya hanya sekitar 26 persen. Selisih hampir 10 persen ini menunjukkan tren positif pada harga emas.
Menurut Nanta, masyarakat semakin cerdas dalam memilih instrumen investasi. Melalui tabungan emas, Pegadaian Ponorogo memberikan kemudahan kepada masyarakat membeli emas dengan sistem menabung. Nilai mulai dari 0,1 gram emas bisa dimulai dengan biaya Rp 30.000 saja. Pedagang kecil pun bisa menyisihkan Rp 10.000 per hari. Dalam sebulan, uang yang terkumpul bisa dikonversi menjadi 0,1 gram emas.
Keunggulan Tabungan Emas
Keunggulan tabungan emas menurut Nanta terletak pada kemudahannya. Nasabah tidak perlu menunggu memiliki uang jutaan rupiah untuk membeli emas batangan. Mereka cukup menabung sesuai kemampuan, lalu saldo otomatis berubah menjadi emas.
Pegadaian yang kini berstatus bullion bank juga menambah fleksibilitas transaksi emas. Masyarakat tidak perlu khawatir dengan fluktuasi harga. Justru saat harga naik, mereka merasa diuntungkan. Dengan akses digital, siapa pun bisa membuka tabungan emas kapan saja.
Aset untuk Masa Depan
Bagi Nanda, tabungan emas bukan sekadar investasi, melainkan jaminan masa depan keluarga. Ia merasa lebih tenang karena jika ada kebutuhan mendesak, emas bisa digadaikan. Untuk jangka panjang, tabungan emas bisa menjadi bekal pendidikan anak.
Pengalaman Nanda menunjukkan bahwa emas telah bertransformasi. Tidak lagi sekadar perhiasan yang dikenakan, tetapi menjadi tabungan yang sederhana, aman, dan terjangkau. Baginya, tabungan emas benar-benar menolong. Mudah, aman, dan bisa untuk masa depan anak-anak.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!