Peluang Indonesia Jadi Pemimpin Wisata Muslim Global

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Pariwisata Ramah Muslim di Indonesia: Tren yang Berkembang Pesat

Pariwisata ramah muslim kini menjadi salah satu sektor yang berkembang pesat, bahkan dari segmen khusus berubah menjadi bagian dari tren utama. Indonesia, sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, memiliki peluang besar untuk menjadi pemain utama dalam industri ini.

Pasar wisata halal global diperkirakan akan mencapai angka US$ 410,9 miliar pada tahun 2032, meningkat dari US$ 256,5 miliar pada tahun 2023. Dengan menyumbang 12% dari populasi muslim dunia, langkah-langkah yang diambil oleh Indonesia akan sangat menentukan masa depan pariwisata halal.

Sebuah studi terbaru dari Vero dan GMO-Z.com Research menunjukkan bahwa 89% muslim Indonesia memprioritaskan ketersediaan makanan halal saat bepergian. Temuan ini memberikan dampak langsung terhadap strategi destinasi global, mulai dari Tokyo hingga Dubai.

Executive Director Vero Indonesia, Diah Andrini Dewi, menjelaskan bahwa ketersediaan makanan halal tidak hanya memengaruhi pilihan destinasi, tetapi juga membentuk persepsi tentang seberapa ramah sebuah tempat bagi wisatawan muslim. Ia menambahkan bahwa ketika negara dengan mayoritas non-muslim turut menyediakan fasilitas halal, pengalaman tersebut terasa lebih istimewa. Kehadiran fasilitas halal dipandang sebagai bentuk kepedulian budaya dan rasa menghargai, yang membuat wisatawan muslim merasa lebih diterima.

Selain itu, Vero dan GMO-Z.com Research melakukan analisis terhadap percakapan daring di kalangan komunitas muslim Indonesia. Antara Agustus 2024 hingga 2025, pencarian akomodasi dan hotel halal mencapai 7.456.100 kali. Angka ini menunjukkan bahwa akomodasi halal bukan sekadar soal kenyamanan, tetapi juga tentang menyediakan ruang yang layak bagi wisatawan untuk menunaikan ibadah selama perjalanan.

Diah menjelaskan bahwa muslim Indonesia tidak hanya membutuhkan makanan halal dan fasilitas ibadah, tetapi juga pengalaman yang autentik, lancar, menyenangkan, serta menghargai keyakinan dan nilai budaya mereka. Studi ini menyoroti bahwa destinasi pariwisata ramah muslim kini menjadi kebutuhan mendesak dan langkah strategis bagi sektor publik maupun swasta.

Menurutnya, pengembangan pariwisata halal di Indonesia tidak hanya sebatas penyediaan fasilitas ibadah atau sertifikasi halal, tetapi juga mencakup penguatan ekosistem, pembangunan infrastruktur, peningkatan kapasitas SDM, serta strategi branding dan promosi di tingkat global. Seiring pertumbuhan populasi muslim Indonesia dan semakin selektifnya wisatawan dalam memilih destinasi, penting bagi penyedia layanan untuk menghadirkan infrastruktur dan layanan halal-friendly yang menciptakan pengalaman lebih inklusif bagi semua wisatawan.

Di sisi lain, Deputi Bidang Pengembangan Destinasi dan Infrastruktur Kementerian Pariwisata Republik Indonesia, Hariyanto, menekankan bahwa menjadikan pariwisata halal sebagai prioritas nasional dan regional tidak hanya akan memperkuat aspek budaya dan agama, tetapi juga membuka peluang ekonomi yang signifikan. Menurutnya, menjadi halal-friendly bukan sekadar soal label melainkan pengalaman yang dirasakan wisatawan. Di Indonesia, kebijakan sertifikasi halal dan infrastruktur ramah muslim sudah menjadi standar.

Untuk mengembangkan pariwisata halal Indonesia, Kemenpar memiliki program Indonesia Muslim Travel Index (IMTI). IMTI merupakan indeks pengukuran kesiapan provinsi yang berkorelasi langsung dengan standar Global Muslim Travel Index (GMTI), sebuah acuan peringkat pariwisata ramah muslim global. IMTI tahun ini diselenggarakan dengan kolaborasi antara Kemenpar, Bank Indonesia, Crescenrating, dan Tim Enhaii Halal Tourism Center (EHTC).

Hariyanto menyampaikan bahwa pada GMTI 2023 dan 2024, Indonesia berhasil menempati peringkat pertama. Namun demikian, dalam GMTI 2025, Indonesia menempati peringkat kelima. Untuk mendongkrak peringkat tersebut, IMTI 2025 digelar di 15 provinsi demi mengembalikan predikat Indonesia sebagai wisata ramah muslim nomor satu di dunia.

Adapun provinsi-provinsi yang turut serta dalam IMTI 2025 adalah Aceh, Riau, Kepulauan Riau, Sumatera Barat, Bengkulu, DKI Jakarta, Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Kalimantan Selatan, Nusa Tenggara Barat, Sulawesi Selatan, Gorontalo, dan D.I. Yogyakarta.