Pemimpin Bisnis Jelaskan Dampak ICA-CEPA pada Ekspor dan Investasi Indonesia

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Perjanjian ICA-CEPA: Peluang Baru untuk Ekspor dan Investasi Indonesia

Perjanjian Indonesia—Canada Comprehensive Economic Partnership Agreement (ICA-CEPA) dinilai sebagai langkah strategis yang akan membuka babak baru bagi ekspor dan investasi Indonesia. Dengan adanya perjanjian ini, pelaku usaha melihat potensi besar dari pasar Kanada yang memiliki daya beli tinggi serta belum sepenuhnya dimanfaatkan.

Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo), Shinta W. Kamdani, menilai bahwa ICA-CEPA menjadi momentum penting dalam memperkuat hubungan perdagangan dan investasi antara dua negara. Menurutnya, Kanada dapat menjadi mitra dagang dan investasi strategis bagi Indonesia, terutama dalam percepatan diversifikasi ekspor dan perluasan sumber investasi asing.

Shinta menekankan bahwa ICA-CEPA hadir pada saat yang tepat, mengingat tekanan signifikan pada kinerja ekspor dan investasi Indonesia akibat dampak kebijakan perdagangan Amerika Serikat (AS). “Ini [ICA-CEPA] sangat penting ketika kinerja ekspor dan investasi Indonesia mengalami tekanan tinggi karena efek langsung atau tidak langsung dari kebijakan perdagangan AS,” ujarnya.

Dari sisi potensi pasar, Kanada memiliki populasi lebih dari 40 juta konsumen dengan daya beli rata-rata sebesar US$53.000 per tahun. Angka ini lebih tinggi dibandingkan negara-negara rekan dagang utama Indonesia seperti Belanda dan Australia. Bahkan, potensi pasar Kanada bisa dianggap lebih comparable dengan pasar-pasar tradisional Indonesia seperti Inggris, Jerman, hingga Korea.

Beberapa produk Indonesia yang berpotensi diekspor ke Kanada antara lain tekstil, sepatu, ban kendaraan, furniture, produk perikanan, komponen kendaraan dan elektronik, hingga produk pangan dan perkebunan tropis seperti CPO, teh, kopi, dan buah-buahan tropis. Standar produk Kanada juga relatif sejalan dengan pasar AS dan Uni Eropa, sehingga pelaku usaha yang sudah mengekspor ke pasar tersebut dapat dengan mudah memasuki pasar Kanada.

Berdasarkan laporan Economic Impact Assessment 2021, Indonesia berpotensi meningkatkan PDB sebesar US$1,4 miliar dan ekspor ke Kanada sebesar US$1,1 miliar atau naik 47% dari baseline. Namun, Shinta mengingatkan bahwa pasar Kanada masih kurang dikenal oleh pelaku usaha nasional. Oleh karena itu, diperlukan sosialisasi, fasilitasi, edukasi, dan dukungan pemerintah agar ekspor Indonesia ke Kanada dapat tumbuh signifikan.

Wakil Ketua Umum Kadin Indonesia Bidang Pengembangan Otonomi Daerah, Sarman Simanjorang, melihat bahwa ICA-CEPA membuka peluang besar bagi ekspor produk unggulan Indonesia seperti agrikultur, yakni kopi, teh, dan rempah-rempah. Selain itu, peluang juga terbuka pada produk makanan dan minuman olahan, karet, tekstil dan garmen, produk kayu dan furnitur, serta produk organik dan aneka produk unggulan/khas daerah.

Harapan Sarman adalah target ekspor produk Indonesia ke Kanada bisa meningkat hingga US$11,8 miliar atau sekitar Rp196,94 triliun pada 2030. Untuk mencapai hal ini, kementerian terkait bersama Kadin perlu melakukan penjajakan bisnis dengan pengusaha Kanada agar terjalin komunikasi yang efektif dan saling mengenal kebutuhan pasar.

Menteri Perdagangan Budi Santoso menyatakan bahwa ICA-CEPA menandai babak baru hubungan ekonomi antara Indonesia dan Kanada. Menurutnya, perjanjian ini merupakan kerja sama dagang komprehensif pertama Indonesia dengan negara di kawasan Amerika Utara, dan yang pertama bagi Kanada dengan negara di Asia Tenggara.

Melalui ICA-CEPA, lebih dari 90% atau sekitar 6.573 pos tarif Indonesia mendapat preferensi di pasar Kanada. Produk-produk seperti tekstil, alas kaki, furnitur, makanan olahan, elektronik ringan, dan sarang burung walet diprediksi akan semakin kompetitif. Beberapa produk akan langsung menikmati tarif 0% saat perjanjian berlaku, seperti makanan olahan, hasil laut, produk kerajinan berbahan serat alam, peralatan rumah tangga, hingga granit dan marmer.

Di samping itu, Indonesia membuka pasar sebesar 85,54% atau sekitar 9.764 pos tarif untuk produk prioritas Kanada, seperti daging sapi beku, gandum, kentang, makanan hasil laut, dan makanan olahan. Perjanjian ini tidak hanya tentang angka dan tarif, tetapi juga membuka peluang bagi pelaku usaha dan generasi muda Indonesia untuk menembus pasar Kanada.

Selain itu, investor dan perusahaan Kanada akan memiliki peluang untuk menemukan mitra strategis di Indonesia. Tugas selanjutnya adalah memastikan bahwa perjanjian ini memberi manfaat nyata bagi masyarakat, pelaku usaha, dan investor di kedua negara. Indonesia terbuka untuk kemitraan.