Realisasi Anggaran Infrastruktur Rp142,1 Triliun, Dampaknya pada Emiten IDX Infra

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Kinerja Emitter Infrastruktur Masih Tumbuh Meski Realisasi Anggaran Belum Mencapai Target

Kinerja emiten infrastruktur di Indonesia masih menunjukkan pertumbuhan positif, meskipun realisasi belanja pemerintah di sektor ini belum mencapai 50% dari total anggaran tahun 2025. Data terbaru menunjukkan bahwa hingga tanggal 8 September 2025, realisasi anggaran infrastruktur mencapai Rp 142,1 triliun, yang hanya setara dengan 35,32% dari pagu anggaran sebesar Rp 402,4 triliun.

Dana infrastruktur tersebut dialokasikan untuk lima program prioritas yang dipimpin oleh Presiden Prabowo Subianto, yaitu perumahan, konektivitas, ketahanan pangan, ketahanan energi, serta sektor pendukung lainnya. Hal ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam pembangunan infrastruktur yang menjadi katalis positif bagi sejumlah emiten konstruksi, tol, dan energi.

Menurut Sukarno Alatas, Senior Equity Research Kiwoom Sekuritas Indonesia, meskipun realisasi belanja infrastruktur menunjukkan komitmen pemerintah, penyerapan dana yang relatif lambat tetap membawa risiko penundaan proyek. Ia mengatakan bahwa sentimen positif saat ini didorong oleh lonjakan saham PT Chandra Daya Investasi Tbk (CDIA) pasca melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), yang menjadi motor utama indeks IDX Infrastructures (IDXINFRA).

Perkembangan Indeks IDXINFRA

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, kinerja indeks IDXINFRA tercatat positif. Hingga 26 September 2025, indeks ini naik sebesar 25,70% sejak awal tahun alias year to date (YTD). Dibandingkan dengan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang naik 14,40% YTD, kenaikan indeks IDXINFRA lebih signifikan.

Subsektor telekomunikasi dan menara seperti PT Telkom Indonesia Tbk (TLKM), PT XLSMART Telecom Sejahtera Tbk (EXCL), dan PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) turut memberikan dukungan pada kenaikan indeks. Selain itu, subsektor energi terbarukan, khususnya PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO), juga menjadi faktor penguatan.

Prospek dan Rekomendasi Investasi

Fath Aliansyah, Head of Investment Specialist Maybank Sekuritas Indonesia, menyebutkan bahwa TLKM menjadi salah satu saham yang memberikan kontribusi positif untuk IDXInfra dengan kenaikan sebesar 14,7% YTD. Ia menilai bahwa prospek dan rekomendasi investasi ke depan akan dipengaruhi oleh perbaikan kinerja keuangan dan potensi aksi korporasi.

Sukarno menilai bahwa saham BREN memiliki potensi untuk memberikan kontribusi positif dalam beberapa waktu ke depan. Meski saat ini saham BREN masih terkoreksi sebesar 2,7% YTD, ia percaya bahwa kapitalisasi pasar yang besar bisa menjadi nilai tambah.

Ke depan, penopang indeks diperkirakan masih didominasi oleh subsektor telekomunikasi/menara berkat arus kas yang stabil dari kontrak jangka panjang. Selain itu, subsektor energi hijau seperti PGEO dan transportasi seperti PT Jasa Marga Tbk (JSMR) juga semakin menarik seiring akselerasi proyek strategis dan dorongan transisi hijau.

Risiko yang Menghantui Sektor Infrastruktur

Meskipun ada banyak faktor positif, Sukarno menegaskan bahwa hambatan lahan, rasio utang tinggi, serta risiko regulasi tetap menjadi tantangan yang menghantui sektor infrastruktur. Namun, sentimen positif utama datang dari reli saham CDIA, komitmen pemerintah, tren digitalisasi, dan penurunan suku bunga.

Investor dapat mempertimbangkan TLKM, PT Dayamitra Telekomunikasi Tbk (MTEL), dan TOWR sebagai saham defensif. Sementara PGEO cocok untuk investasi jangka menengah di sektor energi hijau, JSMR dengan eksposur pertumbuhan tol, serta CDIA yang baru IPO dan masih mampu memperkuat rotasi ke sektor infrastruktur.

Rekomendasi Investasi

Sukarno merekomendasikan beli untuk TOWR, MTEL, PGEO, dan JSMR dengan target harga masing-masing Rp 700 per saham, Rp 690 per saham, Rp 1.800 per saham, dan Rp 4.500 – Rp 5.500 per saham. Untuk CDIA, ia memberikan rekomendasi trading buy dengan target harga Rp 1.900 – Rp 2.000 per saham. Sementara itu, TLKM diberi rekomendasi hold dengan target harga Rp 3.200 per saham.