Rupiah Melemah, Ini Pilihan Investasi Valas yang Menarik

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Rupiah Terus Melemah terhadap Dolar AS

Di pasar spot, rupiah mengalami pelemahan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) pada akhir perdagangan Jumat (26/9/2025). Pada hari itu, rupiah ditutup pada level Rp 16.738 per dolar AS, yang merupakan penurunan sebesar 0,07% dibandingkan posisi sebelumnya di Rp 16.749 per dolar AS. Dalam seminggu terakhir, rupiah melemah sebesar 0,82%.

Sementara itu, di Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) Bank Indonesia (BI), rupiah berada pada posisi Rp 16.775 per dolar AS pada Jumat (26/9/2025). Angka ini menunjukkan penurunan sebesar 0,14% dibandingkan hari sebelumnya yang ada di Rp 16.752 per dolar AS. Dalam satu minggu, rupiah Jisdor melemah hingga 1,19%.

Analis mata uang dari Doo Financial Futures, Lukman Leong, menjelaskan bahwa banyak mata uang dunia saat ini juga mengalami tekanan terhadap dolar AS. Namun, terdapat beberapa pengecualian, seperti dolar Singapura (SGD) dan baht Thailand (THB), yang cenderung menguat.

Lukman menyampaikan bahwa otoritas moneter Singapura dan Thailand diperkirakan akan melakukan intervensi untuk mengendalikan penguatan mata uang tersebut. Hal ini dilakukan agar daya saing ekonomi tidak terganggu, terutama karena inflasi di Singapura telah menurun secara signifikan.

“Keduanya bisa menjadi bagian dari aset dalam portofolio mata uang,” kata Lukman.

Di luar wilayah regional, Lukman menilai euro (EUR) dan franc Swiss (CHF) masih menjadi pilihan utama bagi investor, terutama dalam situasi dinamika kebijakan suku bunga global. Ia juga menyoroti yen Jepang (JPY) yang tetap menarik minat investor, karena Bank of Japan diperkirakan akan menaikkan suku bunga sekali, meskipun waktu pastinya belum jelas. “Paling tidak, Jepang tidak akan menurunkan suku bunga,” tambahnya.

Selain itu, CHF semakin diminati sebagai aset safe haven pengganti dolar AS. Meski suku bunga negaranya masih berpotensi dipangkas sekali, posisi CHF tetap stabil di tengah ketidakpastian global. EUR juga dianggap memiliki potensi stabilitas, karena wilayah Eropa diperkirakan tidak lagi memangkas suku bunga, bahkan bisa menaikkan suku bunga pada tahun depan.

Sebaliknya, The Fed diprediksi akan memangkas suku bunga dua kali pada tahun ini dan sekali lagi pada tahun depan. Menurut Lukman, hal ini membuat daya tarik dolar AS semakin berkurang. Faktor sentimen kebijakan tarif Presiden Donald Trump dan kondisi politik dapat memberatkan ekonomi AS ke depan.

“Status safe haven dolar AS sudah mulai pudar, meski belum sepenuhnya ditinggalkan,” ujarnya.

Dari berbagai mata uang utama, Lukman melihat bahwa EUR dan CHF masih menjadi pilihan yang layak diperhatikan oleh para investor.