Skandal 204 Miliar: Sindikat Bobol Rekening Bank Milik Pemerintah

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Skema Kejahatan Perbankan yang Membuat Heboh

Sebuah tindakan kejahatan perbankan yang luar biasa berhasil dilakukan oleh sekelompok kriminal. Dalam waktu singkat, dana sebesar Rp204 miliar berhasil dipindahkan dari rekening dormant milik seorang pengusaha tanah di salah satu bank pelat merah di Jawa Barat. Dana tersebut kemudian dikonversi menjadi valuta asing dan berpindah tangan, meninggalkan jejak pencucian uang yang kini sedang diselidiki oleh penyidik Bareskrim Polri.

Menurut Brigjen Pol. Helfi Assegaf, Direktur Tindak Pidana Ekonomi Khusus, proses ini merupakan bentuk money laundering yang klasik. Tujuan utamanya adalah untuk memutus jejak rupiah agar lebih sulit ditelusuri. Dalam skema ini, uang diubah menjadi valas melalui jaringan money changer.

Pelaku dan Peran Mereka

Skema kejahatan ini melibatkan sembilan tersangka, termasuk pejabat internal bank hingga eksekutor lapangan. Dua nama, AP dan GRH, yang masing-masing menjabat sebagai kepala cabang pembantu dan manajer hubungan nasabah, diduga menjadi pintu masuk sindikat. Sementara lima orang lainnya menjalankan eksekusi pemindahan dana di luar jam operasional bank.

Dua tersangka tambahan, DH dan IS, berperan khusus dalam proses pencucian uang. Ironisnya, DH dan seorang pelaku lain, C, juga disebut terlibat dalam kasus pembunuhan Kepala Cabang BRI di Cempaka Putih — menambah lapisan kegelapan pada jaringan ini. Polisi masih memburu satu tersangka lain, berinisial D, yang diyakini memegang peran penting.

Transaksi Tanpa Ke Hadiran Fisik

Para penyidik menekankan bahwa aksi ini tidak dilakukan secara fisik di bank. Transaksi berlangsung secara in absentia, dengan memanfaatkan celah sistemik yang seharusnya tak mungkin ditembus. Hanya butuh waktu 17 menit untuk memindahkan miliaran rupiah tersebut — sebuah kecepatan yang menunjukkan perencanaan matang dan pemahaman mendalam tentang mekanisme perbankan.

Pertanyaan Besar yang Muncul

Pertanyaan besar kini muncul: bagaimana dana sebesar itu bisa mengendap tanpa pengawasan, dan bagaimana sebuah rekening dormant bisa menjadi pintu masuk kejahatan perbankan terbesar tahun ini? Identitas sang pemilik, disebut berinisial S, menambah intrik karena yang bersangkutan adalah seorang pengusaha tanah yang profilnya hingga kini masih ditutup rapat oleh penyidik.

Bank pelat merah tersebut dilaporkan menemukan transaksi mencurigakan melalui sistem pemantauan internal, sebelum akhirnya melaporkannya ke pihak kepolisian. Namun, temuan ini memunculkan dilema reputasi: seberapa aman dana masyarakat jika bahkan rekening tidak aktif pun dapat dimanfaatkan untuk operasi kriminal lintas sektor?

Penjelasan dari Penyidik

Dalam konferensi pers, Helfi menegaskan bahwa kasus ini bukan sekadar pencurian dana, melainkan bentuk kejahatan terorganisir yang merusak kepercayaan publik terhadap sistem keuangan nasional. “Mereka berbagi hasil setelah transaksi ilegal itu. Tujuannya jelas: keuntungan cepat dari celah keamanan bank,” katanya.

Ancaman Hukuman yang Berat

Atas tindakannya, para pelaku dijerat dengan berlapis pasal, mulai dari UU Penguatan Sektor Keuangan, UU ITE, UU Transfer Dana, hingga UU Pencegahan Tindak Pidana Pencucian Uang. Ancaman hukuman maksimalnya mencapai 20 tahun penjara, dengan denda yang bisa menembus Rp20 miliar.

Peringatan bagi Masyarakat

Bagi publik, kasus ini adalah peringatan keras bahwa kejahatan perbankan tidak lagi sekadar soal peretasan sistem digital atau penipuan daring. Ia kini bergerak lebih senyap, menembus ruang-ruang tak terbayangkan seperti rekening tidur yang dibiarkan tak tersentuh. Dan di balik angka Rp204 miliar, terselip pertanyaan: berapa banyak lagi rekening yang menunggu untuk dibangunkan oleh para kriminal berkerah putih?