
Pendekatan Berkelanjutan untuk Meningkatkan Produktivitas Sawit Rakyat
Di tengah tantangan yang dihadapi oleh petani sawit rakyat, khususnya dalam hal stagnasi produktivitas, Solidaridad Indonesia memberikan solusi berbasis sains dan keberlanjutan. Dalam acara Indonesian Palm Oil Smallholders Conference (IPOSC) & Expo 2025 yang diselenggarakan di Kalimantan Barat, lembaga ini tidak hanya hadir sebagai peserta, tetapi juga menjadi penggerak perubahan dalam praktik pengelolaan kelapa sawit.
Tema utama konferensi kali ini adalah "Sinergitas Pemangku Kepentingan Mengatasi Stagnasi Produktivitas Sawit Rakyat". Acara ini menjadi ajang penting bagi Solidaridad untuk memperkuat jembatan antara pengetahuan dan teknologi dengan para petani, yang selama ini menghadapi kesenjangan akses informasi.
Tanah sebagai Ekosistem Hidup
Salah satu fokus utama Solidaridad adalah mengubah cara pandang petani terhadap tanah. Bukan sekadar media tanam, tetapi sebagai ekosistem hidup yang sangat penting bagi pertumbuhan tanaman sawit. Melalui diskusi bertajuk "Inovasi Pupuk Hayati dan Kompos sebagai Pondasi Pertanian Regeneratif untuk Produktivitas Sawit Berkelanjutan", lembaga ini menjelaskan pendekatan ilmiah yang mendukung solusi ini.
Yeni Fitriyanti, Country Manager Solidaridad Indonesia, menegaskan bahwa stagnasi produktivitas tidak bisa diselesaikan dengan solusi jangka pendek. Ia menyatakan, "Ketergantungan pada pupuk kimia akibat Revolusi Hijau tanpa diimbangi pemulihan kesehatan tanah akan menciptakan masalah baru."
Solidaridad berkomitmen untuk menunjukkan bahwa investasi terbaik yang bisa dilakukan petani adalah menjaga kesehatan tanah. Dengan mengadopsi praktik regeneratif, petani tidak hanya meningkatkan kualitas lahan, tetapi juga membangun ketahanan terhadap perubahan iklim dan serangan hama.
Mengatasi Keterbatasan Akses Informasi dan Teknologi
Keterbatasan akses terhadap informasi dan teknologi menjadi hambatan utama bagi petani sawit swadaya. Untuk itu, Solidaridad berinisiatif membuka ruang dialog dan edukasi, sehingga petani dapat memperoleh pengetahuan praktis yang bermanfaat.
Salah satu metode yang dianjurkan adalah tumpang sari atau intercropping. Petani didorong untuk menanam tanaman sela bernilai ekonomis seperti jagung, kacang-kacangan, atau hortikultura di antara barisan sawit muda. Pendekatan ini memberikan pendapatan alternatif, sekaligus memperkuat sistem pertanian secara keseluruhan.
Penelitian menunjukkan bahwa model ini tidak hanya menguntungkan dari segi finansial, tetapi juga merupakan bagian dari pertanian regeneratif yang bertujuan memulihkan kesehatan tanah, mengurangi ketergantungan pada pupuk kimia, serta membangun ketahanan terhadap perubahan iklim.
Edukasi dan Pelatihan untuk Petani
Solidaridad telah aktif melakukan berbagai kegiatan pendidikan dan pelatihan bagi petani sawit swadaya di Kalimantan Barat sejak tahun 2012 hingga 2024. Selama periode tersebut, lebih dari 19.785 petani telah dilatih, tersebar di berbagai wilayah seperti Kapuas Hulu, Melawi, Sintang, Sekadau, Sanggau, Landak, Mempawah, Sambas, dan Bengkayang. Tahun ini, target pelatihan mencapai sekitar 9.000 petani.
Intervensi Solidaridad meliputi 10 kabupaten dan 425 desa. Pelatihan dasar yang diberikan melalui Sekolah Lapangan (SL) mencakup praktik pertanian terbaik (GAP), manajemen terbaik (BMP) untuk literasi keuangan dan manajemen, platform kerjasama multipihak (MSP), pembuatan pupuk organik cair (POC) dan kompos, serta praktik pertanian regeneratif.
Selama IPOSC 2025, Solidaridad juga membuka booth edukatif yang dihadiri oleh lebih dari 1.000 peserta dan pengunjung dari berbagai daerah. Acara ini dihadiri oleh berbagai pemangku kepentingan, termasuk petani sawit, perusahaan perkebunan, koperasi unit desa, perwakilan pemerintah, lembaga swadaya masyarakat, hingga media.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!