6 Strategi Menabung Gen Z yang Cocok untuk Semua Usia

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Generasi Z dan Gaya Hidup Finansial yang Kreatif

Generasi Z, yang lahir antara tahun 1997 hingga 2012, sering dianggap sebagai generasi yang menghadapi berbagai tantangan ekonomi. Mulai dari utang pendidikan, biaya hidup yang tinggi, hingga ketidakpastian ekonomi, ternyata tidak menghentikan mereka untuk menjadi pihak yang cerdas dalam mengelola keuangan. Bahkan, Gen Z menunjukkan keahlian luar biasa dalam menabung dan merencanakan keuangan secara bijak.

Seiring dengan tumbuhnya di era digital, Gen Z terbiasa dengan teknologi dan media sosial. Hal ini memengaruhi cara mereka mengatur keuangan, termasuk menggunakan layanan perbankan online, aplikasi fintech, serta konten edukasi finansial. Tidak hanya itu, Gen Z juga lebih terbuka dalam membicarakan topik keuangan, seperti gaji atau saldo rekening. Mereka menganggap transparansi sebagai hal wajar dan bahkan sering membagikannya kepada teman, keluarga, maupun audiens media sosial.

Menurut Brennan Thiergartner, perencana keuangan bersertifikat dari Fidato Wealth, Gen Z sangat pintar dalam menabung. "Mereka melewati pandemi, inflasi yang meningkat, serta masalah utang mahasiswa dan biaya perumahan. Hal ini membuat mereka lebih hati-hati dalam menggunakan uang," ujarnya.

Selain itu, Gen Z juga menghargai fleksibilitas dan kemandirian. Banyak dari mereka mencari kebebasan finansial melalui cara-cara kreatif. Pola ini bisa diterapkan oleh siapa saja untuk menciptakan stabilitas keuangan. Berikut adalah enam tren menabung ala Gen Z yang bisa ditiru:

1. Metode Envelope Budgeting atau Cash Stuffing

Metode ini membagi pendapatan ke dalam amplop-amplop sesuai kategori pengeluaran, seperti belanja, sewa rumah, transportasi, dan hiburan. Jika uang di amplop habis, maka pengeluaran untuk kategori tersebut berhenti hingga bulan berikutnya. Di era Gen Z, metode klasik ini kembali populer dengan nama cash stuffing, bahkan menjadi tren viral di TikTok dan Instagram. Bagi mereka, ini bukan sekadar cara mengatur uang, tetapi gaya hidup yang membuat disiplin finansial terasa menyenangkan.

2. Mengandalkan Otomatisasi dan AI

Konsistensi dalam menabung sangat penting, dan Gen Z memanfaatkannya dengan dukungan teknologi. Sebagai generasi digital native, mereka terbiasa menggunakan aplikasi keuangan untuk mencatat pengeluaran harian, mengotomatisasi alokasi tabungan, hingga investasi sisa uang receh melalui fitur micro-investing. Dengan platform fintech yang mudah diakses, proses menabung tidak lagi rumit atau membosankan. Justru, integrasi teknologi ini membuat manajemen keuangan lebih praktis, terukur, dan memberi kontrol penuh bagi pengguna.

3. No Buy Challenge

Gen Z menyulap aktivitas menabung menjadi tantangan yang menyenangkan, seperti No Buy Challenge atau tantangan menabung selama 52 minggu. Cara ini memotivasi mereka untuk berhemat sekaligus memberi rasa pencapaian saat target tercapai. Konsep gamifikasi ini juga membantu menjaga konsistensi karena setiap pencapaian kecil terasa seperti kemenangan. Dengan membagikan pengalaman di media sosial, tren ini semakin populer dan mampu menginspirasi orang lain.

4. Loud Budgeting

Berbeda dengan generasi sebelumnya yang cenderung sungkan, Gen Z lebih berani berkata jujur tentang alasan finansial. Misalnya, menolak ajakan makan malam mahal dengan terus terang mengatakan sedang menabung untuk dana darurat. Konsep loud budgeting ini menormalisasi percakapan tentang keuangan, mengurangi stigma, dan membantu menetapkan batasan sosial yang sehat. Dengan cara ini, Gen Z tidak hanya menjaga kondisi keuangan tetapi juga mendorong lingkungan sekitar untuk lebih menghargai pilihan finansial individu.

5. Belanja Barang Bekas (Thrifting)

Gen Z tidak ragu membeli barang bekas, mulai dari pakaian hingga perlengkapan rumah. Survei Harris 2024 mencatat 63 persen Gen Z pernah berbelanja barang second-hand, lebih tinggi dibanding rata-rata orang dewasa di AS. Selain hemat, thrifting juga mendukung gaya hidup ramah lingkungan. Tren ini berkembang menjadi gaya hidup sosial, di mana Gen Z kerap berbagi temuan unik mereka di media sosial, menjadikannya sarana berekspresi sekaligus berkontribusi pada keberlanjutan.

6. Side Hustle

Selain berhemat, Gen Z juga meningkatkan penghasilan lewat pekerjaan sampingan. Survei Self mencatat 81,9 persen Gen Z memiliki side hustle dengan rata-rata penghasilan lebih dari 6.400 dolar AS per tahun. Mereka memanfaatkan internet untuk mencari peluang tambahan, mulai dari bisnis online, pekerjaan freelance, hingga menciptakan konten digital. Dengan cara ini, Gen Z tidak hanya menambah pemasukan tetapi juga membangun keterampilan baru dan memperluas jaringan.

Gen Z membuktikan bahwa meski dihadapkan pada tantangan ekonomi berat, mereka mampu beradaptasi dengan strategi menabung yang kreatif dan berbasis teknologi. Dari cash stuffing hingga side hustle, kebiasaan ini bisa menjadi inspirasi bagi siapa pun yang ingin mencapai stabilitas finansial. Transparansi, disiplin, dan keberanian mengambil langkah berbeda menjadi kunci kesuksesan generasi ini dalam membangun masa depan keuangan yang lebih cerah.