
Strategi Ketahanan Pangan dalam Pidato Presiden Prabowo di PBB
Dalam pidatonya di Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangga (PBB) di New York, Amerika Serikat, Presiden Prabowo Subianto menyoroti pentingnya ketahanan pangan. Hal ini tidak hanya menjadi perhatian nasional, tetapi juga menjadi pesan geopolitik yang kuat. Tenaga Ahli Utama Badan Komunikasi Pemerintah (BKP), Hamdan Hamedan, menjelaskan bahwa pemilihan topik ini merupakan bagian dari narasi yang ingin disampaikan oleh pemerintah.
Hamdan mengatakan bahwa sejarah peradaban besar tumbuh karena kemampuan mereka dalam memastikan ketersediaan pangan. Tanpa pangan yang cukup, pembangunan akan rentan dan tidak stabil. Dengan demikian, isu ketahanan pangan menjadi dasar utama bagi keberlanjutan suatu negara.
Keterkaitan dengan Tantangan Demografi Indonesia
Indonesia menghadapi tantangan demografi yang signifikan. Setiap tahun, jumlah penduduk meningkat sebesar 3 juta jiwa. Hal ini berarti kebutuhan pangan harus terus meningkat. Namun, lahan pertanian di Indonesia semakin menyusut, sehingga muncul ancaman terhadap ketersediaan pangan.
Hamdan menjelaskan bahwa peningkatan populasi ini setara dengan kebutuhan pangan untuk jumlah penduduk Qatar. Dengan situasi ini, diperlukan strategi yang tepat untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat.
Dampak Geopolitik pada Harga Pangan
Selain faktor demografi, situasi geopolitik seperti perang di Ukraina juga memberikan dampak besar pada harga pangan. Harga gandum dan kedelai melonjak akibat konflik tersebut. Ini dapat memicu krisis pangan di kawasan lain, terlebih dengan populasi dunia yang mencapai 8 miliar jiwa.
Hamdan menyebutkan bahwa kenaikan harga bahan pokok seperti tahu dan tempe langsung dirasakan oleh masyarakat. Dalam dunia yang saling terhubung, apa yang terjadi di satu belahan dunia akan memiliki dampak global. Oleh karena itu, diperlukan persiapan dini untuk menghadapi ancaman ini.
Komitmen Indonesia untuk Ketahanan Pangan
Menurut Hamdan, Indonesia tidak boleh menunggu krisis terjadi sebelum mulai bersiap. Pidato Presiden Prabowo menunjukkan komitmen kuat untuk meningkatkan produksi pangan dalam negeri. Dengan memperkuat ketahanan pangan, Indonesia dapat memenuhi kebutuhan domestik sebagai syarat utama kemandirian pangan.
Selain itu, produksi berlebih dapat membuka peluang ekspor dan membantu negara lain. Dengan demikian, Indonesia dapat memperkuat posisinya sebagai pemain global dan mitra strategis dalam krisis pangan.
Perubahan Iklim sebagai Ancaman Nyata
Selain ketahanan pangan, Presiden Prabowo juga menyampaikan ancaman perubahan iklim dalam pidatonya. Hamdan menjelaskan bahwa masalah ini disampaikan dengan contoh konkret, khususnya dampak yang sudah dirasakan langsung di Indonesia.
Di Jakarta, peningkatan permukaan air laut mencapai 5 sentimeter per tahun. Dampak ini langsung terasa dan tidak bisa lagi dibicarakan secara wacana. Diperlukan solusi nyata untuk menghadapi ancaman ini.
Langkah Strategis untuk Menghadapi Banjir Rob
Salah satu langkah strategis yang disoroti adalah pembangunan giant sea wall atau tanggul raksasa untuk melindungi kawasan pesisir dari banjir rob dan kenaikan muka air laut. Hamdan menjelaskan bahwa Presiden menekankan bahwa proyek ini harus selesai dalam 10-20 tahun ke depan.
Dengan adanya langkah-langkah strategis ini, Indonesia siap menghadapi ancaman global dan membangun masa depan yang lebih aman dan berkelanjutan.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!