
Kenaikan Harga Beras Dikaitkan dengan Kenaikan Harga Gabah
Badan Pangan Nasional (Bapanas) telah memastikan bahwa data produksi beras yang dihasilkan sesuai dengan proyeksi dari Badan Pusat Statistik (BPS). Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan harga beras saat ini tidak disebabkan oleh kurangnya pasokan, melainkan lebih terkait dengan kenaikan harga gabah di tingkat petani.
Kepala Bapanas, Arief Prasetyo Adi, menjelaskan bahwa BPS telah melakukan verifikasi hasil produksi beras hingga Agustus 2025. Berdasarkan data tersebut, kenaikan harga beras terjadi seiring dengan naiknya Harga Pembelian Pemerintah (HPP) gabah dari Rp6.000 menjadi Rp6.500 per kilogram.
“Jika harga Gabah Kering Panen (GKP) meningkat menjadi Rp6.500 per kg, maka harga beras pasti akan mengikuti. Saat ini, mayoritas daerah memiliki harga GKP sekitar Rp7.000 per kg, kecuali di Makassar yang masih Rp6.500 per kg karena sedang musim panen,” ujar Arief dalam sebuah pertemuan di Kantor Kemenko Perekonomian, Senin (22/9).
Data BPS mencatat bahwa produksi beras hingga Agustus 2025 mencapai 25,19 juta ton. Angka ini memberikan surplus sebesar 4,52 juta ton, mengingat konsumsi pada periode Januari–Agustus hanya sebesar 20,62 juta ton.
Arief menegaskan bahwa proyeksi ini sesuai dengan kondisi lapangan, meskipun pemerintah belum bisa memastikan apakah panen bulan lalu terdampak hama atau tidak. Sebelumnya, ia sempat meragukan validitas metode Kerangka Sampel Area (KSA) yang digunakan BPS, karena metode tersebut hanya berbasis estimasi luasan panen dan produktivitas.
“Kita tidak boleh terlena dengan angka proyeksi produksi beras di komputer saya ini yang diproduksi BPS. Harus dirasakan juga kondisi di lapangan hari ini,” kata Arief dalam rapat bersama Komisi IV DPR, Kamis (4/9).
Kebijakan Bulog Memicu Kenaikan Harga Beras
Selain itu, Perkumpulan Penggilingan Padi dan Pengusaha Beras Indonesia (Perpadi) menilai kenaikan harga beras juga dipicu oleh kebijakan Bulog yang akan kembali menyerap satu juta ton gabah pada akhir tahun.
Ketua Umum Perpadi, Sutarto Alimoeso, menilai langkah ini tidak tepat karena produksi gabah pada semester II cenderung turun.
“Pasti ada reaksi pasar dalam bentuk rebutan gabah. Kebijakan pemerintah tidak tepat kalau memaksakan pembelian gabah maupun beras melalui Bulog saat ini,” ujar Sutarto kepada news.aiotrade.app.co.id, Rabu (3/5).
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Harga Beras
Beberapa faktor utama yang memengaruhi harga beras antara lain:
- Kenaikan Harga Gabah: Kenaikan HPP gabah secara langsung memengaruhi biaya produksi beras.
- Produksi Gabah yang Menurun: Pada semester II, produksi gabah biasanya menurun, sehingga memengaruhi pasokan beras.
- Kebijakan Pemerintah: Langkah pemerintah dalam menyerap gabah melalui Bulog dapat memengaruhi permintaan dan harga di pasar.
- Kondisi Lapangan: Data proyeksi harus diimbangi dengan kondisi nyata di lapangan untuk memastikan akurasi informasi.
Dengan demikian, kenaikan harga beras bukan hanya disebabkan oleh kelangkaan pasokan, tetapi juga oleh berbagai faktor ekonomi dan kebijakan yang saling terkait. Masyarakat dan pelaku usaha perlu memantau perkembangan harga secara berkala agar dapat mengambil keputusan yang tepat.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!