
Perkembangan Bank Syariah Nasional Setelah Pemisahan
PT Bank Syariah Nasional (BSN), yang merupakan entitas bank hasil dari penggabungan unit usaha syariah (UUS) BTN, akan masuk dalam kategori KBMI 2 setelah proses pemisahan atau spin off selesai. Dalam hal ini, KBMI 2 merujuk pada kelompok bank berdasarkan modal inti yang memiliki nilai lebih dari Rp6 triliun hingga Rp14 triliun.
Dalam rancangan pengumuman pemisahan UUS BTN dengan cara pengalihan hak dan kewajiban kepada BSN, disebutkan bahwa BSN akan melakukan peningkatan modal ditempatkan dan disetor sebagai bagian dari pelaksanaan pemisahan. Proses ini mencakup pengalihan aset dan kewajiban UUS BTN ke dalam BSN. Jumlah peningkatan modal ditempatkan dan disetor diperkirakan mencapai maksimal sebesar Rp5,319 triliun. Setelah pemisahan, modal ditempatkan dan disetor BSN akan mencapai sebesar Rp6,379 triliun, yang merupakan bagian dari modal inti. Dengan demikian, BSN akan menjadi bank dengan kategori KBMI 2.
Selain itu, dalam pengumuman juga dijelaskan struktur permodalan dan pemegang saham BSN setelah tanggal pemisahan efektif. BBTN akan memiliki kepemilikan sebesar 99,99973% dan Balai Harta Peninggalan Jakarta sebesar 0,00027%. Masing-masing memiliki saham sebanyak 6,378 miliar saham dan 17.317 saham dengan nilai nominal Rp1.000 per saham. Struktur permodalan dan susunan pemegang saham BSN akan disesuaikan kembali dengan nilai wajar dari penilai independen sesuai ketentuan yang berlaku.
Rencana Pemisahan dan Injeksi Modal
Sebelumnya, Direktur Utama BTN Nixon LP Napitupulu menyampaikan bahwa pemisahan BTN Syariah menjadi BSN akan dilakukan melalui rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) pada 19 November 2025. Untuk membentuk rasio kecukupan modal (CAR) antara 18%-20%, dibutuhkan modal inti sekitar Rp6,5 triliun. Sumber dana berasal dari modal inti BSN senilai Rp1,6 triliun, modal UUS BTN sekitar Rp4 triliun, dan sisanya sekitar Rp1 triliun akan disetor oleh BTN.
“Jadi, rencananya 19 November RUPSLB, membahas spin-off UUS BTN, sekaligus injeksi modal untuk mencapai CAR BSN yang ideal. Setelah itu, secara resmi hak dan kewajiban UUS BTN, berpindah ke BSN,” ujarnya.
Kinerja Semester I/2025
Dari sisi kinerja pada semester I/2025, UUS BTN mencatatkan pertumbuhan yang melampaui induk usahanya BTN. Total aset naik 18% year on year (YoY) menjadi Rp66 triliun, pembiayaan tumbuh 17% menjadi Rp48 triliun, dan dana pihak ketiga (DPK) naik 19,8% menuju Rp55 triliun. Profitabilitas juga naik 8,3% ke level Rp401 miliar. Sampai akhir 2025, diharapkan laba bersih meningkat menjadi Rp900 miliar.
Rencana Pengembangan Usaha
BTN menyiapkan sejumlah rencana pengembangan BSN mulai dari suntikan modal hingga ekspansi lini bisnis baru di bidang bank bulion atau emas. Nixon menyampaikan bahwa dalam 5 tahun ke depan, BSN diharapkan memiliki aset mendekati Rp200 triliun. Dengan demikian, BSN dapat menjadi bank syariah kedua terbesar di Tanah Air, setelah PT Bank Syariah Indonesia Tbk. (BRIS) atau BSI.
"Keyakinan nasabah, kepercayaan, dan persepsi mengenai bank syariah itu kami bangun. Untuk size-nya mendekati BSI, setidaknya kami lihat dalam 5 tahun aset mendekati Rp200 triliun," paparnya.
Menurutnya, potensi pengembangan perbankan syariah di Indonesia sangat besar. Ada sekitar 20% masyarakat yang menginginkan layanan keuangan syariah secara keseluruhan. Dengan lepasnya BSN dari BTN, segmen potensial ini dapat menjadi calon nasabah baru.
Di sisi lain, untuk mengembangkan ekosistem layanan keuangan syariah yang sehat di Indonesia, setidaknya dibutuhkan 3—4 bank syariah besar. Dengan demikian, bank-bank syariah dapat berkompetisi dalam memberikan layanan kepada masyarakat.
Pengembangan Aplikasi dan Peluang IPO
BTN juga mengembangkan transaksi yang seamless melalui aplikasi Bale by BTN. Per Juni 2025, jumlah pengguna mencapai 2,7 juta akun dan nilai transaksi Rp43,1 triliun. Ke depannya, BSN diharapkan mengembangkan Bale versi syariah.
Terkait peluang memboyong BSN untuk melakukan IPO dan menjadi perusahaan tercatat di Bursa Efek Indonesia, dia masih melihat kinerja perusahaan dalam 2—3 tahun ke depan. “Untuk IPO [BSN], kami akan melihat dulu kinerja 2—3 tahun ke depan. Dalam waktu dekat belum,” imbuhnya.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!