Dwi Hartono, Kekayaan dan Keterlibatan dalam Pembunuhan serta Pembobolan Rekening Rp 204 Miliar

AIOTrade App AIOTrade App

AIOTRADE

Trading Autopilot menggunakan teknologi Artificial Intelligence (AI) yang membantu Anda melakukan trading di market spot (Bukan Future) secara otomatis di Binance & Bitget dengan cepat, mudah, dan efisien.

Binance Bitget

Mengapa Trading Crypto Menggunakan Aio Trade?

Aio Trade cocok digunakan untuk semua kalangan, baik Trader Pemula, Profesional, maupun Investor.

24/7 Trading

Aio Trade bekerja sepanjang waktu tanpa henti.

Cepat & Efisien

Menganalisa kondisi pasar secara otomatis.

Strategi AI

Menggunakan AI untuk strategi profit maksimal.

Fitur Timeframe

Memantau harga sesuai timeframe pilihan.

Manajemen Risiko

Mengelola modal otomatis untuk minim risiko.

Averaging & Grid

Teknik Averaging & Grid dioptimalkan AI.

Featured Image

Profil Dwi Hartono: Dari Pengusaha Online ke Tersangka Kasus Kriminal

Dwi Hartono, yang dikenal sebagai pendiri dan pemilik platform belajar online, kini menjadi sorotan tajam dalam berbagai kasus kriminal besar. Lahir di Lahat pada 6 Oktober 1985, pria ini memulai karier wirausaha sejak masa kuliah dengan berbagai bisnis seperti warnet, rental game, hingga warteg. Namun, kini namanya terlibat dalam skandal besar yang melibatkan penculikan dan pembunuhan serta pembobolan rekening dormant.

Apa Itu Rekening Dormant?

Rekening dormant adalah rekening bank yang tidak aktif melakukan transaksi keluar maupun masuk selama periode tertentu, biasanya antara 3 hingga 18 bulan. Setelah menjadi dormant, rekening tersebut tidak dapat digunakan untuk transaksi dan rentan digunakan untuk kejahatan pencucian uang. PPATK bekerja sama dengan bank untuk mengidentifikasi dan memblokir rekening semacam ini.

Pemilik rekening dormant tersebut adalah seorang pengusaha tanah dengan inisial S. Rekening pasif ini tersimpan di salah satu bank BUMN yang berlokasi di Jawa Barat. Pada awal Juni 2025, sindikat jaringan pembobolan dana menemui kepala cabang pembantu Bank BNI di Jawa Barat. Mereka mengaku sebagai "Satgas Perampasan Aset" dan merencanakan pemindahan dana dari rekening dormant.

Operasi Pembobolan Dana

Dalam pertemuan tersebut, sindikat menjelaskan cara kerja serta peran masing-masing, mulai dari persiapan, pelaksanaan eksekusi, sampai tahap timbal balik hasil. Mereka memaksa kepala cabang menyerahkan user ID aplikasi Core Banking System milik teller dan kepala cabang. Ancaman keselamatan terhadap keluarga kepala cabang juga dilontarkan bila tidak menuruti permintaan.

Di akhir Juni 2025, sindikat bersama kepala cabang sepakat melakukan eksekusi pemindahan dana pada Jumat pukul 18.00, setelah jam operasional. Waktu itu dipilih untuk menghindari sistem deteksi bank. Para eksekutor, termasuk mantan teller bank, melakukan akses ilegal terhadap aplikasi Core Banking System. Dana sebesar Rp 204 miliar dipindahkan ke lima rekening penampungan dalam 42 kali transaksi yang hanya berlangsung 17 menit.

Penyidikan dan Tersangka

Pihak bank mendeteksi adanya transaksi mencurigakan lalu melaporkannya ke Bareskrim Polri. Atas adanya laporan tersebut, penyidik Subdit II Perbankan Dittipideksus Bareskrim Polri langsung berkomunikasi dengan PPATK untuk melakukan penelusuran dan pemblokiran terhadap harta kekayaan hasil kejahatan maupun transaksi aliran dana tersebut.

Dari proses penyidikan tersebut, penyidik telah menetapkan sembilan orang tersangka. Dari sembilan pelaku di atas terdapat dua orang tersangka berinisial C alias Ken serta DH (Dwi Hartono) sebagai sindikat jaringan pembobolan dana nasabah yang menargetkan rekening dorman. Mereka juga terlibat dalam kasus penculikan terhadap kepala cabang yang saat ini ditangani oleh Ditreskrimum Polda Metro.

Peran Ganda Dwi Hartono dan C Alias Ken

Dalam jaringan pembobolan rekening, Candy alias C alias Ken berperan sebagai mastermind. Ia mengklaim kelompoknya merupakan bagian dari Satuan Tugas Perampasan Aset untuk menipu korban. Sementara itu, Dwi Hartono bertugas membuka blokir rekening dan memindahkan dana yang dibekukan.

Selain keduanya, polisi juga menetapkan tujuh tersangka lain dengan peran berlapis: - AP (50), kepala cabang pembantu bank, memberi akses ke aplikasi core banking system. - GRH (43), consumer relations manager, jadi penghubung antara sindikat dan pihak internal bank. - DR (44), konsultan hukum, merancang strategi eksekusi sekaligus memberi perlindungan. - NAT (36), mantan pegawai bank, melakukan akses ilegal dan transfer dana ke rekening penampungan. - R (51), mediator sekaligus penerima aliran dana. - TT (38), fasilitator keuangan ilegal dan pengelola hasil kejahatan. - IS (60), penyedia rekening penampungan hasil pembobolan.

Keterlibatan dalam Kasus Penculikan

Keterlibatan Candy dan Dwi Hartono tak hanya berhenti di kasus perbankan. Mereka juga disebut sebagai dalang penculikan dan pembunuhan Mohamad Ilham Pradipta, kepala KCP bank BUMN. Motif penculikan berkaitan dengan rencana pemindahan dana dari rekening dormant.

Pertemuan antara Candy dan Dwi pada Juni 2025 menjadi titik awal rencana penculikan. Dengan bantuan tim IT dan sejumlah eksekutor, mereka menargetkan Ilham agar bisa melancarkan akses ke sistem bank. Polda Metro Jaya mencatat, ada 18 orang yang terlibat dalam penculikan dan pembunuhan Ilham, yakni 15 warga sipil dan 2 prajurit Kopassus, sementara 1 orang sipil masih buron.

Profil Dwi Hartono

Merangkum berbagai sumber, Dwi Hartono juga Founder dan Owner dari sebuah platform belajar online. Pada Maret 2024 lalu, ia memberi beasiswa bagi NA, korban penyekapan dan rudapaksa di Lampung. Dwi Hartono banyak beraktivitas di Pulau Jawa. Namun, dia sesekali pulang ke kampung halaman mengunjungi orang tuanya di Desa Mekar Kencana, yang dulunya bernama Desa Tirta Kencana, Unit 6, Rimbo Bujang, Kabupaten Tebo.

Joko, teman sekolah DH menuturkan Dwi Hartono adalah sosok yang dermawan dan suka melakukan kegiatan sosial. "Mas Dwi, ini dikenal orang yang dermawan, suka bergaul dan suka melakukan kegiatan sosial," ungkapnya Senin (25/8/2025) malam. Bahkan, selama Joko menjabat kades, Dwi sudah dua kali mendatangkan artis dari ibu kota untuk menghibur warga Rimbo Bujang.

Dwi Hartono pernah mengundang Via Valen saat khitanan anaknya dan Wika Salim untuk Reuni SMP 13 Rimbo Bujang. Dwi Hartono juga pernah mengundang Ustad Zaky Mirza untuk memberi tausiah bagi warga Rimbo Bujang. "Setiap kali ngundang artis, Mas Dwi selalu koordinasi dengan saya. Kemarin, beliau ngundang Via Vallen," ujarnya.

Joko tak menyangka dapat berita bahwa Dwi menjadi otak pembunuhan Kepala Cabang di Cempaka Putih. "Selaku orang yang pernah kenal, saya kaget, dak menyangka. Setahu kami, dia baik. Cuma soal kehidupan dia di jakarta, saya dak tahu," ujarnya.

Dwi Hartono dikenal sebagai motivator bisnis yang sering mengunggah konten di akun youtube Klan Hartono. Akun itu telah memiliki total 169 ribu pengikut.