
Peluang Besar Indonesia di Mata Dunia
Kehadiran dan pidato Presiden Prabowo Subianto dalam Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat, dinilai sebagai momen penting yang membuka peluang besar bagi Indonesia. Ekonom senior Aviliani menilai bahwa kehadiran Presiden di forum dunia ini memberikan posisi strategis bagi negara dalam menarik investasi global sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi domestik.
Menurut Aviliani, Presiden Prabowo kini mendapatkan perhatian yang lebih besar dari dunia internasional. “Pak Prabowo sekarang di mata dunia sangat diperhitungkan. Jadi, sebenarnya ini momentum baik. Kalau orang sudah dipercaya, mau minta apa saja pasti bisa,” ujarnya saat berbicara di Jakarta, Kamis (25/9/2025).
Namun, ia juga menekankan bahwa peluang diplomasi ini harus diimbangi dengan kesiapan pihak dalam negeri. Salah satu hambatan utama yang masih ada adalah birokrasi dan proses perizinan berusaha yang rumit. “Jangan sampai sudah dipercaya, ketika investor masuk ke Indonesia, banyak persoalan yang akhirnya membuat mereka tidak jadi. Birokrasi ini menjadi masalah dari tahun ke tahun,” katanya.
Aviliani juga menyoroti pentingnya faktor demografi dalam memengaruhi pertumbuhan ekonomi. Negara dengan populasi produktif tinggi dinilai lebih mampu menjaga konsumsi dan investasi. Ia memberikan contoh bahwa negara berkembang cenderung tumbuh 4–5 persen, sementara negara maju stagnan di kisaran 2–3 persen akibat populasi yang menua.
“Tidak ada orang yang mau berinvestasi ketika konsumsi turun. Nah, sekarang tinggal bagaimana kebijakan-kebijakan pemerintah itu bisa membuat investor tertarik masuk ke Indonesia,” ujarnya.
Komitmen Indonesia dalam Pembangunan Berkelanjutan
Dalam pidatonya di Sidang Umum PBB, Presiden Prabowo menyampaikan komitmen Indonesia untuk mencapai target sustainable development goals (SDGs), termasuk mengentaskan kemiskinan. Menurut Presiden, hal ini dicapai melalui langkah-langkah pemerintah dalam meningkatkan produksi beras, yang ditargetkan dapat mencapai swasembada beras.
Selain itu, Presiden juga menekankan bahwa Indonesia akan mengekspor atau membantu memberikan beras kepada warga Palestina. Hal ini menunjukkan upaya Indonesia dalam mengembangkan sistem pangan mandiri yang ramah lingkungan serta memiliki niat untuk menjadi lumbung pangan dunia.
Faktor-Faktor yang Perlu Diperhatikan
Meskipun ada peluang besar yang terbuka, Aviliani menyarankan agar pemerintah tidak hanya mengandalkan kehadiran Presiden di forum internasional. Selain itu, perlu adanya peningkatan kualitas regulasi dan pelayanan administratif yang lebih efisien. Dengan demikian, investor akan merasa lebih yakin untuk melakukan investasi di Indonesia.
Selain itu, pengembangan infrastruktur dan pendidikan juga menjadi faktor penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Dengan sumber daya manusia yang berkualitas dan akses yang mudah ke pasar global, Indonesia dapat memperkuat posisinya sebagai salah satu negara yang menarik minat investasi asing.
Tantangan dan Kesempatan
Sementara itu, Aviliani menekankan bahwa meski Indonesia memiliki potensi besar, tantangan tetap ada. Misalnya, masalah korupsi, ketimpangan sosial, dan keterbatasan akses layanan dasar masih menjadi isu yang perlu diselesaikan secara bertahap.
Namun, jika semua faktor tersebut dapat dikelola dengan baik, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi salah satu negara yang mampu bersaing di pasar global. Dengan kombinasi antara kebijakan yang tepat, dukungan dari masyarakat, dan kehadiran tokoh seperti Presiden Prabowo, Indonesia dapat memperkuat posisinya sebagai negara yang stabil dan berkembang.
Komentar
Tuliskan Komentar Anda!